Pembantuku Sayang ( Part Akhir )
Pembantuku Sayang ( Part Akhir ) Imah segera bergoyang lagi. Tubuhnya bergerak erotis naik-turun, maju-mundur, kiri-kanan, ditingkahi rintihan dan desahannya yang penuh nafsu. Aku diam saja, hanya sesekali kuangkat pantatku agar kemaluan kami bertaut lebih rapat. Akibatnya aku jadi lebih mampu bertahan. Dalam posisi seperti itu, aku tahu bahwa perempuan biasanya akan lebih cepat mencapai klimaks. Memang itu yang kuharapkan. Perhitunganku tidak salah. Tidak terlalu lama, goyangan Imah semakin erotis dan menggila. Naik-turun, maju-mundur, dengan kecepatan yang fantastis. Erangan dan rintihannya pun semakin tidak terkendali. Aku jadi semakin bersemangat karena mengetahui dia akan segera mencapai orgasme. “Paaak…., adduuh…, enak banget… enak banget… enak, Pak…, yah… yah…, Imah enak…” “Saya juga enak, Maah…, teruuusss….” “Oooohhh…. enak banget siihhh…., adduuuhhh…., adduuhh……” “Terus, Maah… enak banget… enak ngent*t ya, Maah…?” “Enakh…, ngent*t enak…, Imah seneng nge...