Posts

Showing posts with the label Buku Harian Rahasia

Buku Harian Rahasia ( Chapter 8 End )

  Buku Harian Rahasia Chapter 8 End Seperti waktu disetubuhi oleh Walter, kali ini pun aku memiliki keinginan yang sama. Bahwa aku ingin terasa sangat memuaskan bagi Ivan. Sehingga ketika Ivan mulai berani mencium bibirku, dengan sepenuh gairah kusambut ciumannyha itu dengan lumatan yang sangat bergairah. Pada saat itu pula aku mulai menggoyang pinggulku dengan goyangan yang seolah membentuk angka 8. Memutar – mutar dan meliuk – liuk. Terkadang juga kuhempaskan pantatku ke kasur, sehingga dengan sendirinya kelentitku bergesekan dengan penis Ivan. Aku ingin jadi perempuan yang memuaskan Ivan, sekaligus memuaskan diriku sendiri. Bahwa dengan goyangan ini liang memekku seolah membesot – besot dan meremas – remas penis Ivan, yang dengan sendirinya menimbulkan kenikmatan bagi Ivan mau pun bagi diriku sendiri.  Bahwa gesekan antara penis Ivan dengan dinding liang memekku semakin kencang rasanya. Lebih dari itu, kelentitku pun bisa diatur agar terus – terusan bergesekan dengan penis ...

Buku Harian Rahasia ( Chapter 7 )

  Buku Harian Rahasia Chapter 7 Pagi itu aku mengenakan spanrok abu – abu dengan blouse putih yang ditutupi lagi oleh blazer berwarna abu- abu, sama dengan spanrok yang kukenakan. “Kenapa tadi kamu bengong ketika melihatku sudah dandan begini ?” tanyaku yang sudah duduk di samping Ivan yang tengah mengemudikan mobilku. “Pakaian itu … membuat Pampam jadi cantik plus sesuatu, “ sahut Ivan tidak formal -formalan lagi padaku. “Plusnya apa ?” tanyaku. “Mmm … maaf ya … cantik plus seksi abis. “ Aku cuma tersenyum. Ivan bilang aku ini seksi abis. Apalagi kalau dia tahu bahwa saat ini aku sengaja tidak mengenakan celana dalam … pasti tambah lagi komentarnya … ! “Ohya … kamu udah ketemu mamaku lagi ?” tanyaku tiba – tiba berbelok ke topik Mama. “Belum. Kan kalau mau ketemu Tante Rini harus dibarengi putrinya. “ “Kamu udah tau nama mamaku segala ya ?” “Iya. Kemaren dia nelepon. Dia nanya apa gak kangen sama Tante Rini ? Nah saaat itulah saya tau siapa nama beliau. “ “Kamu kalau kangen sama m...

Buku Harian Rahasia ( Chapter 6 )

  Buku Harian Rahasia Chapter 6 Tiba – tiba aku teringat sesuatu yang kusimpan di dalam tas kecilku. Sebuah vibrator yang kecil, hanya sebesar telor burung puyuh.  Vibrator itu baru dua hari yang lalu kubeli dari pedagang kaki lima. Dia menawarkan vibrator itu untuk olah raga alis, katanya.  Tapi setelah kudesak apa kegunaan vibrator sekecil itu ? Kebetulan pedagang itu seorang wanita. Sehingga ia tidak ragu – ragu membisiki telingaku, “Sebenarnya vibrator ini untuk memuasi kaum wanita Non. Jadi misalnya Non sudah punya suami dan tidak puas di atas ranjang, vibrator ini bisa digunakan. “ “Cara pakainya gimana ?” tanyaku. “Semua kotak vibrator ada aturan pakainya seperti ini Non, “ sahutnya sambil memperlihatkan selembar kertas berisi cara penggunaan vibrator itu. Lalu wanita itu berbisik lagi di dekat telingaku, “Kalau Non seorang karyawati dan mendadak horny di kantor, masukin aja vibrator ini ke dalam vagina, lalu aktifkan batrenya.  Enak sekali Non. Saya juga seri...

Buku Harian Rahasia ( Chapter 5 )

  Buku Harian Rahasia Chapter 5 Sebelum turun dari mobil, kuberikan sepuluh lembar uang seratusribuan kepada Ivan. “Ini uang untuk beli baju casual, jangan pakai baju satpam begitu, risih melihatnya. Cari di mall terdekat aja dari sini. Tapi jangan terlalu lama ya. Soalnya aku juga takkan lama – lama di rumah ibuku. “ “Siap Pam … !” sahut Ivan sambil memasukkan uang pemberian dariku ke dalam dompetnya. Aku pun turun dari mobil. Dan melangkah ke pintu gerbang yang tidak dikunci. Lalu masuk dan melangkah menuju teras. Pintu depan terkunci. Maka kupijat bel di samping pintu depan. Tak lama kemudian Mama membuka pintu dan tampak girang melihat kedatanganku. “Mela ?! “ seru Mama yang lalu merangkul dan menciumi pipiku. Teman – teman memangilku Pam atau Pampam, tapi Mama selalu memnanggilku Mela. “Mama sehat – sehat aja kan ?” ucapku sambil melangkah ke ruang tamu, lalu masuk ke ruang keluarga. Di ruang keluar pandanganku tertumbuk ke asbak di atas meja kecil yang dikelilingi sofa – sofa...

Buku Harian Rahasia ( Chapter 4 )

  Buku Harian Rahasia Chapter 4  Ketika hari mulai senja, Boy sudah duduk di sebelah kiri dalam sedanku yang tengah kukemudikan sendiri. Menyadari bahwa sedanku matic, Boy terus – terusan menggenggam tangan kiriku dengan sikap mesranya, memperlakukanku laksana kekasihnya. Jujur, aku suka sekali diperlakukan semesra ini. Bahkan kalau kubanding – bandingkan dengan Papie atau Ricky, perlakuan Boy padaku ini terasa paling mesra. Bahkan pada suatu saat Boy berkata, “Seandainya Mamie bukan istri Papie, aku mau kawin dengan Mamie. “ “Tadi kita kan sudah kawin Boy, “ sahutku sambil menepukkan tangan kiriku ke lutut Boy. “Heheheee … iyaaa … tapi maksudku menikah Mam. “ “Gak usah mikirin nikah segala. Kamu kan sudah mamie ijinkan, kapan pun kamu mau, memek mamie boleh kamu sodok. “ “Memang iya. Tapi kalau Papie sudah pulang dari Eropa, aku harus jauh – jauh lagi dari Mamie kan ?” “Tetap bisa Boy. “ “Tetap bisa gimana ?” “Kita kan bisa cek in ke hotel. Setelah sama – sama puas, cek out. ...