Posts

Showing posts with the label Muslihat Kakek Dewo

Bagian 5: Temukan Kebenaran 2

Bagian 5: Temukan Kebenaran 2 “Ab, tunggu aku!!” “Pelan-pelan saja memutar” "Hei, Surga!! Apa yang kau kenakan?" Semua pandang ke arahku. Aku tersenyum, menurunkan kacamata hitamku. Tameem menenangkan “Kita tidak sedang bermain mata-mata Heaven” “Oww, gaya itu cocok untukmu!!” Daisy memberi dua jempolnya untukku. “Dasar bocah-bocah aneh” Ab bersinar. Setelah sekitar sepuluh menit berjalan mengendap-ngendap kami sampai di pintu belakang gudang, menunduk bersembunyi di balik drum besar. 'Untuk apa drum besar di gudang tekstil?' batinku. “Semuanya ikut Arah ku, aku akan masuk lebih awal, kalian alihkan mode nada dering kalian ke mode getar, jika ku rasa aman akan ku telfon kalian, oke?” Tameem memberi Arah dan berjalan duluan menuju pintu masuk, ia sangat mahir untuk hal-hal seperti ini. Lima belas menit kemudian hape kami bergetar, tanda keadaan aman, kami masuk lewat jalan yang tadi Tameem lewati, mengikuti Arah yang ia kirim via chat. “Ah, ini sangat seru” Aku mendeng...

Bagian Ke 15

 Bagian Ke 15 "Lho, Paman... kenapa Adinda pingsan disini?!" tanya Rohmah begitu pulang dari masjid. "Hehe... habis aku kerjain! Sedap juga tubuhnya, kamu memang pintar milih teman." ujar Dewo dengan napas masih terengah-engah. Rohmah tersenyum kecut dan segera membantu Dewo membawa Adinda masuk ke kamar tidurnya sebelum Kyai Kholil datang. Gadis cantik yang bertubuh indah itu sempat memandang ke sana-sini untuk mencari ibunya, tapi tidak ketemu. “Ummi mu lagi di kamar, tadi kusuruh ngurus Bayu.” ucap Dewo seperti menjawab pertanyaan Rohmah. “Oo... jadi pemuda itu namanya Bayu ya, paman?” Rohmah tersenyum penuh arti. “Kenapa, kamu tertarik?” tanya Dewo. Rohmah diam saja, tidak menjawab. Tetapi senyumnya terlihat semakin lebar. “Tenang saja, setelah Ummi-mu selesai, kamu pasti mendapat giliran.” kata Dewo meredam nafsu gadis itu. “Beneran, paman?” Rohmah memekik gembira. Tak sabar rasanya bisa ngentot dengan Bayu yang berwajah tampan itu, yang kontolnya sepertinya cu...

Bagian Ke 14

Bagian Ke 14 Melalui telepon genggamnya, Rohmah berpesan kepada Adinda, teman sekolahnya yang tadi janjian mau mengerjakan PR bersama. “Maaf, ya Din. Aku masih sibuk di Masjid. Ada anak-anak kecil yang harus kuajari mengaji. Tapi kayaknya sebentar lagi udah beres kok.” “Jadi aku bagaimana dong?” tanya Adinda. “Tunggu di situ saja. Sekitar dua puluh menit lagi aku sudah sampai rumah kok. Atau, mau ditunda besok saja?” tawar Rohmah. “Aku ingin makalah ini cepat selesai... ya udah deh, biar kutunggu di sini saja.” kata Adinda pasrah. “Maaf ya, Din. Kalau mau apa-apa, ambil saja sendiri. Atau, tanya saja sama mbak Wiwik,” “Nggak ada. Cuma ada ibumu di sini.” “Ya udah, minta saja sama ibuku. Pokoknya anggap saja rumah sendiri, Din.” Adinda mengangguk dan segera mematikan hapenya. Gadis manis bertubuh sekal, mungil dan berdada kencang itu terpaksa harus menunggu.  Satu jam lewat dia duduk di teras, sampai akhirnya pindah ke ruang tamu untuk membaca majalah yang ada di bawah meja. Namun R...

Bagian Ke 13

( Bagian Ke 13 )   Begitu mengetahui kedatangan ayahnya, Salamah segera berpaling ke Bayu; menyuruh pemuda itu agar lekas bersembunyi.  Akan sangat berbahaya kalau mereka dipergoki berdua di tempat seperti ini, ditambah juga kondisi pakaian mereka yang sama-sama awut-awutan. Namun sebelum Salamah sempat berucap, Bayu sudah meloncat menghilang. Dengan ringan ia menyelinap ke balik sesemakan sambil membawa baju dan celananya yang berserakan.  Sekarang tinggal Salamah yang duduk kebingungan, berusaha membenahi pakaiannya dengan cepat sebelum ayahnya tiba di situ. Beruntung, tepat saat Haji Tohir membelokkan langkahnya, Salamah sudah pura-pura duduk diam dengan baju tertata rapi. “Lho, Nduk... ngapain kamu disini?” tanya Haji Tohir kaget, tak menyangka akan menemukan Salamah di gubuk terpencil itu.  “Ehm... Abah sendiri, ada apa kesini?” kilah Salamah. “Ah, Abah hanya jalan-jalan...” Haji Tohir menatap heran pada putrinya. “Ayo pulang, sudah sore. Nggak baik anak ga...

Bagian Ke 12

( Bagian Ke 12 )   Angin malam bertiup dingin dari lembah. Bayu masuk ke dalam kedai seenaknya sambil bersiul-siul. Orang tua pemilik kedai menyambutnya dengan muka bertanya.  ”Anak muda,” katanya, ”baru kali ini kulihat dirimu. Kau ini siapa sebenarnya dan datang dari mana?”  Bayu mengusap-usap dagunya yang licin.  ”Bapak sudah lama tinggal di sini?” katanya balik bertanya.  ”Sejak masih bayi….” jawab orang tua itu.  ”Hem… kalau begitu tentu kenal dengan nama Dewo.” kata Bayu.  ”Oh tentu… tentu sekali. Dia orang tua sepertiku, bapaknya dulu Kepala Kampung disini. Tapi sekarang dia tinggal bersama Kyai Kholil, setelah dia pulang merantau selama bertahun-tahun. Cuma sayang…” laki-laki itu menggantung kalimatnya.  ”Sayang kenapa?” kejar Bayu. Orang tua itu tak segera menjawab. Dia memandang keluar kedai seperti mau menembusi kegelapan malam, seperti tengah mengingat-ingat sesuatu.  ”Sejak kedatangannya, kampung ini jadi aneh...” katanya ke...

Popular posts from this blog

Bokong Besar Mamaku Yang Menyejukan Jiwa ( Chapter 12 End )

Tetangga Kontrakan STW

Lendir Pesantren ( Part 3 )