Posts

Showing posts with the label Ibuku Tunanetra

Ibuku Tunanetra ( Chapter 36 End )

  Ibuku Tunanetra Chapter 36 End  Batang kemaluanku mulai membenam ke dalam liang memek Tante Haya … blesssssssskkkkk …. maaasuuuuuukkkk …. Tadinya kupikir liang memek Tante Haya bakal longgar buat ukuran kontolku, karena aku sudah membasahinya pula dengan air liurku.  Namun ternyata liang memek wanita setengah baya ini sempit sekali. Untung sudah dilicinkan oleh air liurku. Memang wajar kalau liang memeknya masih sempit, karena dia memang belum pernah hamil dan melahirkan. Tante Haya menyambutku dengan pelukan hangat dan ciuman di sepasang pipiku. “Kalau dari dulu tau Wawan punya penis sepanjang dan segede ini sih, pasti tante ajak main.  Soalnya sejak suami tante meninggal, baru sekali ini tante merasakannya kembali. “ “Kalau Tante sudah tinggal di rumah ini, aku pasti sering nengok ke sini, “ ucapku sambil mengayun kontolku pelan – pelan dulu. “Cuma mau nengok ?” “Nengok liang memek Tante ini … hihihiiii … “ Lalu kulanjutkan ayunan kontolku secara berirama. Maju m...
 Ibuku Tunanetra Chapter 35  Nova yang sudah telanjang selalu membuatku terpukau. Tinggi langsing, putih bersih … berwajah cantik, bermata sayu, dengan bibir tipis sensualnya … dengan senyum manisnya … o my God … seandainya dia bukan adik kandungku, hari ini juga aku mau menikahinya … ! Tapi tanpa menikahinya pun aku dan Nova sudah saling mencintai. Tak usahlah aku mengkhayal sesuatu yang tak mungkin terjadi. Dengan sikap dan sorot pasrah, Nova menelentang di atas bed kamar villaku ini. Aku pun langsung menghimpitnya dengan nafsu yang sedang kutahan, agar jangan terburu – buru melakukannya.  Maklum kali ini aku akan menggaulinya untuk kedua kalinya. Ya, baru mau kedua kalinya aku akan merasakan nikmatnya liang memek Nova yang luar biasa sempitnya. Kutatap wajahnya yang berada di bawah wajahku. Dan bergumam, “Kamu adalah cewek tercantik di antara perempuan – perempuan yang pernah kukenal Sayang. “ Nova menatapku sambil menyahut, “Abang pun seorang cowok yang penuh pesona. ...
 Ibuku Tunanetra Chapter 34 Setelah mengganti pakaianku dengan baju dan celana piyama, aku merebahkan diri di atas bed. Nova pun naik ke atas bedku dan merebahkan diri di sampingku. “Sebenarnya ada kamar kosong yang tadinya dipakai oleh Kak Wati. Tapi setelah dia menikah, kamar itu kosong. Apakah kamu mau tidur di kamar yang kosong itu ?” tanyaku. “Nggak mau. Aku mau tidur sama Abang aja ya … please … “ sahutnya dengan suara memohon. “Kenapa ? Kamu takut tidur sendirian ?” “Nggak. Tapi aku teriungat Papa almarhum. Semasa beliau masih ada, aku sering tidur di kamar Papa Mama. Dan aku selalu merasa nyaman kalau tidur dalam pelukan Papa, “ ucap Nova sambil meletakkan lengannya di dadaku, “Setelah berjumpa dengan Abang, aku punya perasaan Abang ini laksana pengganti Papa yang sudah tiada. “ Kutatap wajah adikku yang cantik dan bermata sayu itu. Perasaan iba pun timbul. Lalu kupeluk pinggangnya sambil berkata, “Ya udah … sekarang tidurlah Sayang. “ “Bang … “ “Hmm ?” “Apakah Abang benar ...

Ibuku Tunanetra ( Chapter 33 )

  Ibuku Tunanetra Chapter 33 Aku pun mulai menjilati memeknya, terutama bagian dalamnya yang berwarna pink dan mengkilap itu.  Langsung terdengar suara Bi Elin, “Waaan … ooooohhhh … ini pertama kalinya memekku dijilatin Waaan … ooooohhhh … ternyata geli – geli enak gini yaaa … oooooohhhh … Waaaaan … “ Mendengar rintihan Bi Elin itu, aku semakin bersemangat menjilati memeknya. Bahkan kemudian kufokuskan untuk menjilati kelentitnya yang muncul sebesar kacang kedelai, mengkilap dan tegang. Jilatan dan isapanku di kelentitnya, membuat Bi Elin mulai gedebak – gedebuk dan terkejang – kejang.  Rintihan – rintihannya pun semakin menjadi – jadi, tapi terasa ditahan agar suaranya jangan sampai terdengar oleh Ibu. “Waaaaan …. ooooohhhh … Waaaaan … jilatin itilku teruuussss … ini lebih enak lagi Waaaan … sampai merinding – rinding nih aku Waaaaan … jilatin terus itilku … iyaaaa … itilku Waaaan … itiiiillll … “ Dan ketika terasa bahwa bagian dalam memek Bi Elin sudah cukup basah, aku ...

Ibuku Tunanetra ( Chapter 32 )

  Ibuku Tunanetra Chapter 32 Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan berputar terus. Tiada yang bisa menghentikannya. Tanpa terasa setahun telah berlalu. Suasana memang sudah banyak yang berubah. Pabrikku, hibah dari Tante Martini itu berkembang dengan sangat pesatnya.  Karena Mbak Vita memang bisa diandalkan. Dia bisa mencerna konsep – konsep baruku, kemudian dilaksanakannya dengan baik. Sementara itu, Wati sudah menikah dengan seorang pengusaha yang lumayan mapan, meski usianya sudah 40 tahunan, 15 tahun lebih tua daripada Wati. Aku ikut bahagia mendengar curhatan Wati. Bahwa lelaki itu mau menerima Wati apa adanya, termasuk tentang keperawanannya yang sudah tiada. Dengan sendirinya Wati diboyong oleh suaminya, sehingga Ibu jadi sendirian di rumah. Tapi untungnya ada saudara sepupu Ibu yang hidup menjanda dan bersedia tinggal di rumahku. Untuk menemani dan meladeni kebutuhan Ibu sehari – hari.  Tentu saja aku memberikan gaji tiap bulan pada B...

Ibuku Tunanetra ( Chapter 31 )

  Ibuku Tunanetra Chapter 31  Kuperhatikan aksi Mbak Vita sejenak. Lalu menghampirinya sambil bertanya, “Mau kita lakukan di atas meja ini ?” “Kan ada kamar yang biasa dipakai istirahat oleh Bu Martini dahulu Boss. Itu pintunya. “ “Ohooo … aku jadi tamu di rumahku sendiri, “ ucapku sambil memegang pergelangan tangan Mbak Vita dan menuntunnya ke arah pintu yang barusan ditunjuknya. Memang ada kamar yang lumayan besar dan lengkap segalanya seolah berada di rumah kecil, atau tepatnya seperti berada di apartemen.   Ada dua bedroom berikut kamar mandinya masing – masing, ada ruang tamu, ada meeting room dan ada kitchen segala.   Mungkin dahulu Tante Martini kalau sedang berada di kota ini suka masak di kitchen relax roomnya. Tapi semua itu tak penting bagiku. Yang penting bagiku saat ini adalah tubuh wanita setengah baya yang bernama Vita ini. Yang ternyata memancarkan pesona mengagumkan bagiku. Namun ternyata Mbak Vita pun berkata bahwa sejak awal melihatku, di...