Complicated
( Part 18 )
Mereka tiba di rumah Rio sekitar pukul 18.00.
Aba, Umi, Rio dan istrinya (Nisa) menyambut mereka.”mana anakmu?” tanya Umi sambil mencium kening Isti.
“di ajak sepupu Mas Aji kerumahnya, nginep disitu. Usianya sepantaran Umik.”
“kamu kok jahat sich ga main ke sini? Kamu ga inget? sapa kalo lagi datang bulan nyiapin air hangat? usap punggungmu? terus kamu punya kutu, sapa sing metani? Mamamu cuma ngikik kalo tak critani, mana mamamu sekarang? sik ngintili papamu ta?”
Isti tertawa kecil saat mengingat masa-masa itu, terlebih ucapan ceplas-ceplos Umik.Memang mama Isti setia menemani papanya, kuatir diambil pelakor, karena pelakor sekarang walau jelas mempunyai istri, tapi tetap pantang mundur.
Rio memeluk Isti dan mencium keningnya.”Nisaaaaa, suami mu bau!” teriak Isti, Nisa terkekeh melihat mereka yang selalu saling mengejek.
“Ati-ati! Kena anakku!” ucap Aji datar, pria itu agak tak nyaman dengan Rio, kalo dibilang cemburu, dia pasti mengelak.
“Elah, Belut burik….! iya-iya!” balas Rio melepaskan pelukannya lalu bersalaman dengan Aji.
“Lha iya…lama ditunggu kabarnya, ujug-ujug muncul sama Aji. Gimana ceritanya?”
“Uda dari dulu mereka suka Mik, kalo ditanya ada hubungan apa? jawabnya cuma teman. Dasar Tukang Bohong!”
“Aku ga bohong, kamunya aja yang gampang ditipu.” Aji membalas.
Semua pada tertawa mendengar pembelaan Aji.
Dan sesuai permintaan Isti, Umik memasak pepes keinginannya.Setelah makan malam mereka kini bercengkerama dengan santai didepan TV.
“Kalian nginep sini kan?” tanya Umi
“Pulang Mik.” jawab Aji yang ada di sebelah Isti.
‘jatah Ucil!’ lanjut Aji dalam hati.
“Uda jam 10 malam ini Ji…disini masih ada kok baju nya anak jelek itu” Umik mengangkat dagunya ke arah Isti.
“Aku uda cantik lho Mik!” bela Isti.
“yang Umik ingat kamu tetap jelek. Kalo ada orang liat pilem horor, sok sok an ikut, kalo uda pulang kemana-mana minta di anterin, tidur minta dijagain. uda dibujuk rayu kalo berani bobok sendiri jadi anak cantik, jawabnya apa?1, biar aja Isti jelek! pokoknya bobok sama Umik. Inget ga?! waktu Umik sama Abah Umroh, kamu masukkin berapa laki-laki ke kamarmu?! Ada Aji juga kan? Ruwet dah pokok nya, untung anak orang, kalo anak Umik kamu uda tak pecel” Umik menyerocos.
“Biar setannya bingung Mik, dia mau nakutin sapa” Isti menyahut.
“Bobok sini aja, besok pagi balik” pintah Abah.
“Pulang Abah.” jawab Aji lagi.
Isti pun berbisik ke Aji. “beneran ya?” Aji menatap tegas ke arah Isti, ada binar bahagia di manik matanya.Wanita itu hanya mengangguk dengan tersenyum.
“Iya deh Mik, kita nginep.” sahut Aji.Mereka melanjutkan bercengkerama, hingga Isti menguap pertanda di mengantuk.
“Bobok?” tanya Aji
“Kita bobok dulu ya, capek!” pamit Isti.
“Eh Kampret, ntar kamu balik ke sini lagi kan ?” tanya Rio memandang Aji
“Iya, jangan cemburu donk, ntar kita sayang-sayangan lagi ya….” balas Aji.Yang lain tertawa mendengar pria dewasa yang saling membalas candaan.
Mereka memasuki kamar dimana Isti pernah menghuni beberapa tahun yang lalu.Isti merebahkan tubuhnya di ranjang, memunggungi suaminya.Seperti biasa, Aji memeluk perut Isti dan mengusap dari belakang.
“Anak ayah apa kabar disana?” ucap Aji.
“Itu anak aku Mas!”
“Kan dari sperma aku!”
“Tapi kan aku yang hamil, aku yang ngerasa sakit, aku _”
“Terima kasih sayangku, uda mau menjadi ibu dari anak-anaku” potong Aji membuat Isti merona.
“gombal kamu Mas!”
Aji tak menjawab, dia mencium tengkuk Isti.
“Love, Ucil…..” ucap Aji lirih.
“tanya Adek dulu, boleh ga Ucil jenguk Adek?”
“Adek, kak Ucil mau main sama adek. Kalo adek mau main, kasih tendangan kecil ya” Aji berbicara penuh kasih sambil tangannya mengusap perut buncit Isti.
Tak lama, Isti dan Aji merasakan sesuatu yang bergerak didalamnya.Aji tersenyum sumringah penuh kemenangan.
“Dek, kamu sekongkol sama ayah ya?”
“lagian kamu tadi uda janji, kalo nginep sini, Ucil bisa main sama adek”
“Iya iya Masku sayang..” Isti menghadap Aji dan mencium singkat bibir suaminya.
Dengan sigap Aji merespon.Akhirnya Ucil bisa meraskan kehangatan Microwife.
***
Pagi ini Bunda bertamu ke rumah Aji.
“Uda berapa bulan kandunganmu nak?” tanya Bunda sambil mengusap lembut rambut panjang Isti.
“Sekitar 7 bulanan Bun, Bunda dianter Papa?”
“Iya, Kangen Vazco, biar Bunda yang anter Vazco sekolah, Bunda mau ke rumah teman dekat sekolah Vazco, ntar biar pulang sama Bunda juga.”
“Makasih ya Bun, hari ini Isti pengen ke kantor Mas yang baru.”
“Iya, luangkan waktu. Aji uda hampir 3 bulan dikantor baru, kamu belum kesana, kenalan ama rekan kerja” Bunda menasehati.
“Iya Bun.”
Tak lama Isti pun berangkat diantar driver.Pada saat perjalanan, Bunda memberikan pesan ke Aji, bahwa Isti memakai high heels, yang bisa membuat Isti mudah lelah dan membahayakan kandungannya.
Dengan langkah percaya diri, Isti yang memakai dress hamil selutut dan Stiletto kesayangannya berjalan memasuki lobby kantor Aji.Walaupun berat badan Isti sudah bertambah lebih dari 10 Kg, namun postur tubuhnya tidak mengalami pembesaran yang cukup signifikan, hanya perut yang tampak menonjol, selain itu payudara dan pantatnya tampak lebih terisi.
“Selamat Pagi, bisa bertemu dengan Pak Aji Laksono?” Isti menyapa ramah kepada resepsionis.
“Maaf, dengan Ibu siapa? sudah ada janji?”
“Saya Isti, belum ada janji, kebetulan mampir pengen ketemu” ucap Isti masih menutupi identitasnya.
“Sekarang Pak Aji masih ada meeting, lagian kalo belum ada janji rasanya susah ketemu dengan beliau, beberapa orang juga masih antri nunggu Pak Aji” sang resepsionis menjawab dengan nada tak nyaman dan menunjuk beberapa orang yang duduk di lobby.
“Baiklah, boleh saya tahu dimana letak kamar kecilnya?”
“Itu ruang rapat, setelah ruangan itu Ibu ikuti jalan, lalu belok kiri. Disitu tempatnya!” tangan resepsionis sambil mengarahkan arah.
“Ok, terima kasih! Saya titip ini dulu ya mbak” Isti meletakkan paper bag yang berisi kudapan lalu berpaling hendak menuju ke toilet.
Isti melewati meeting room, dia mengetahui didalam ada suaminya sedang memimpin rapat.Dia memasuki private room for ladies, dimana didalamnya ada 4 bilik kecil untuk membuang hajat.
Saat didalam bilik Isti mendengar suara pintu terbuka pertanda ada orang lain masuk, lalu terjadi percakapan sesama wanita.
“Pak Aji makin cakep aja, ga bosen liatnya, tiap hari meeting ga papa, asal ada dia”
“Eh..dia uda punya istri lho”
“iyakah? kamu uda pernah liat istrinya?”
“Belum, kemarin sertijab biasanya yang uda punya istri mendampingi, tapi istrinya ga ada”
“pak Aji malu kali punya istri macam dia, jadi ga dibawa kesini”
‘MALU GUNDULMU!’ umpat Isti
“dengar-dengar dia janda, mungkin pernikahan mereka hanya untuk formalitas. supaya status kepegawaian aman. sekarang kan musim nikah kontrak.”
“o..pantes aja, janda sich, nikah kontrak paling juga ga pernah disentuh”
‘GA DISENTUH?! perut besar gini ulah sapa? kalian pikir seperti bola bekel? abis berendam diminyak gas terus mekar? Kamu ga tau tiap malam dia niup dibawah, mompa, ngebor, pasang pasak bumi, gempa bumi lokal…ini ulah BOSMU!’ Isti menggerutu dalam hati.
Tak sabar, Isti ingin tau wajah mereka yang nyinyir kehidupan pribadinya.Dia pun keluar dari bilik kecil, lalu mencuci tangan di wastafel.
Dia melihat dari pantulan cermin 2 wanita dengan rok yang sangat mini, kemeja menerawang seperti saringan tahu dengan bra yang terlihat jelas, kancing kemeja dibuka rendah hingga belahan payudaranya hampir terlihat.Mereka masih melanjutkan tanpa memperhatikan Isti.
“Pepet aja kalo ga ada istrinya, kamu cantik, sexy pula. Pak Aji sebenarnya ga ganteng, cuma aura nya itu lho”
“sejak pertama kali menjabat disini uda tebar-tebar, tapi kayaknya dia ga suka ama cewek, lebih suka bergaul sama pria, kali aja dia homo”
Isti yang mendengar menahan tawanya hingga menggigit bibirnya rapat.
Usai mengeringkan tangan di mesin pengering, Isti keluar dari ruangan itu dengan jalan perlahan karena beban diperutnya.Isti melewati ruang kaca dengan tatapan lurus kedepan.
Rapat telah usai, hanya ada beberapa orang yang masih bercengkerama santai.Aji mengetahui istrinya baru melewati ruangan dimana dirinya berada, tak butuh lama, dia berpamitan keluar ruangan.
“Love..!” Aji memangil. Isti tak mendengar panggilan suaminya.
Isti tetap berjalan, punggungnya terasa lelah dan butuh sandaran. Langkah Isti mendekati lobby.
“Lovenza Istriku, kamu hamil sayang!” Aji mengeraskan suaranya hingga terdengar orang yang duduk di lobby, termasuk resepsionis.
Isti yang merasa dipanggil dengan suara yang dikenal, menghentikan langkahnya, dia membalikkan badan, melihat ke arah Aji yang tengah menghampirinya dengan tergesa.
“ngapain buru-buru?” lanjut Aji.
“Capek, pengen cepet duduk” Isti berucap manja sambil mengusap pinggang belakangnya.
“Kenapa pakai yang jinjit, sayang? Jadi capek kan?” Aji tiba-tiba berjongkok melepaskan sepatu jinjit yang digunakan istrinya.
“Lagi pengen Mas” Isti melirik dengan senyum mengejek ke 2 wanita yang berada di toilet tadi, mereka sedang menatap Aji yang berjongkok melepas sepatu Isti dengan penuh kesabaran, dan Isti berpegang pundak suaminya.
Setelah sepatu jinjit itu lepas, Aji lalu berlutut dan menghadap perut buncit istrinya.
“Adek, jadi anak pinter….jaga Ibu ya” Aji mencium perut buncit Isti seakan tak peduli di sekeliling yang memperhatikan tingkahnya. Sedangkan Isti mengusap sayang kepala Aji.
“Mas ga malu?” tanya Isti.
“Malu kenapa?” Aji berdiri dan mencium puncak kepala Isti.
“Cium-cium perutku” jawab Isti
“aku malah seneng kamu datang ke sini, kirain kamu yang malu, punya suami jongos”
“kalo Jongos Elite macam mas aku ga malu, kan istrimu matre”
“iya, masih inget kok ‘cari uang dulu yang banyak…kalo kamu uda kaya aku pasti mau’, itu kan pesanmu?” Aji mengingatkan.
“Ayo ke ruangan!” ajak Aji dan menuntun Isti yang bertelanjang kaki berjalan di lobby untuk mengambil kudapan.
Aji masih menenteng Stiletto istrinya.
“Mas telpon Pak Imron dulu, minta tolong anter flat shoes,kita tunggu di lobby” pinta Isti.
Aji melihat tempat duduk di lobby hampir penuh.
“Kemana?” tanya Isti yang mengarahkan Aji di belakang meja resepsionis.
“Gita, tolong istriku duduk di kursimu dulu!” perintah Aji ke gadis penyambut tamu tadi.
Sang resepsionis itu berdiri dan memberikan kursinya agar Isti bisa duduk.Aji yang berdiri di samping Isti menghubungi driver untuk mengantarkan sandal sesusai permintaan istrinya.
“Love, tadi ngapain ga langsung ke ruanganku?” tanya Aji merapikan rambut Isti yang menutupi pipinya yang agak tembem.
“Maaf Pak, saya ga tau kalo istri bapak.” celetuk sang resepsionis yang wajahnya tampak takut.
“Ga pa pa Mas, lagian Mas juga meeting, aku ga mau di ruangan sendiri!” jawab Isti.
Si Driver (Pak Im) datang, lalu menukar sepatu jinjit dengan sepatu flat shoes.Lalu mereka berjalan menuju ruangan Aji dengan bergandeng tangan. Sontak penghuni ruangan yang mereka lewati tampak melongo.
“akhirnya Bu Isti mau juga datang ke kantor?” celetuk seorang pegawai.
“Bapak kenal?” tanya yang lain.
“Kan aku dulu juga dari kantor Surabaya. Orang Surabaya pasti kenal Isti. Dia orangnya baik, anakku sakit dijenguk. Ada pegawai yang lahiran mereka datang”
“Uda lama mereka nikah?” pegawai yang lain bertanya.
“uda lewat setahun. Mungkin hamil dia jarang temani Pak Aji. Sebelum hamil sering banget ikut kegiatan di kantor.”
“Pak Aji kayaknya sayang banget ya ama istrinya”
“He he he….Tiap ketemu di kantor wajah Pak Aji selalu tegang, dahinya berkerut, tapi kalo disamping istrinya, beda. Lebih santai dan sering senyum.” jelasnya pada yang lain.
Isti memasuki ruangan baru suaminya, dia berkeliling dan meneliti segala sudut.
“Kirain ruangannya lebih besar, ada kasurnya” ucap Isti sambil melihat sekeliling ruangan Aji.
“Ngapain pakai kasur? kamu pengen suami mu ga pulang?” tanya Aji yang sedang merapikan berkas dokumen di mejanya.
“kali aja sama seperti yang di novel-novel, kan Mas uda pejabat. Ga ada beda ama ruang manajer kemarin.”
“Untuk ruangan suamimu tambahan fasilitas hanya lemari kecil, untuk cadangan pakaian dan kulkas mini. ”
Aji meminta Isti duduk di kursinya, pria itu berdiri dibelakang sandaran kursi.
Isti mengunyah snack yang dibawanya tadi.
“Jangan dikuncir ya, di gerai aja” Aji melepas ikatan rambut Isti.
“Gerah Mas” sahut Isti dengan manja.
“Bagus gini” Aji merayu.
“Ga mau! Mas iket lagi!” pinta Isti.
“lehernya keliatan” ‘lehermu hanya untuk aku’ lanjut Aji membatin.
“Iket Mas! keringetan nih!”
“Laksanakan Baginda!” sahut Aji disusul tawa kecil Isti.Aji membelai rambut sebahu Isti dan berusaha menguncir lagi.
Ada suara ketukan pintu. Aji mempersilahkan masuk.
Salah satu wanita yang ada di toilet tadi memasuki ruangan Aji.Dia melihat Aji berdiri dibelakang kursi dimana ada istrinya duduk sambil berusaha menguncir rambut Isti.
“ada apa Karin?” tanya Aji tanpa menatapnya, Aji masih asyik dengan rambut Isti.
“Anter berkas ini Pak” wanita itu meletakkan tumpukan kertas dimeja Aji.
“Terima kasih, kamu boleh balik ke ruangan” Aji tetap tidak memperhatikan wanita itu, dia masih sibuk mengusap rambut Isti yang sudah terikat dengan asal.
“gaji pegawai sini kayaknya kurang dech Mas” ucap Isti
“kenapa?”
“ga mampu beli baju yang layak? bajunya kayak saringan tahu, menerawang. Kancing baju atas lepas, masih dipakai aja. Itu rok nya ga bisa beli yang agak panjang dikit?!”
Aji terkekeh mendengar ocehan istrinya, dia tak menanggapi.
Setelah bosan mengunyah snack, Isti dan Aji beralih ke sofa panjang.Aji merebahkan kepalanya di paha Isti.
“Ayahmu lagi manja dek!” Isti menyisir rambut tebal Aji dengan jarinya.Usapan lembut Isti membuat Aji tertidur.Isti hanya bisa tersenyum melihat suaminya.
30 menit berlalu, terdengar ketukan pintu.
Isti sedikit berteriak mempersilahkan masuk.
Wanita tadi masuk lagi, dia melihat atasannya tertidur pulas di pangkuan istrinya.
“ada apa ya?” tanya Isti.
“45 menit lagi Pak Aji ada jadwal makan siang dengan staf, acara rutin.”
“Ok, nanti saya sampaikan, dia pasti hadir. Boleh ditinggal.” balas Isti dengan ramah.
5 Menit berlalu.
“Mas….bangun!” ucap Isti perlahan dan mengusap kening suaminya.
Biasanya jika susah dibangunkan Isti mengecup lembut bibir suaminya, namun karena hamil, dia susah melakukan hal itu.
Isti mengambil tangan Aji, lalu mengecup, mengulum, lalu menggigit kecil.
“Love…” Aji membuka matanya dan merengek.
“Bangun..katanya ada jadwal makan siang. Emang kalo kerja gini? Tiduran? makan gaji buta donk!”
“kok ga di cium?!” Aji mendongak melihat wajah istrinya, pria itu mengabaikan protes dari Isti.
“susah Mas, ada adeknya” Isti tersenyum mendengar permintaan suaminya.
Aji terbangun dan duduk di samping Isti, dia mengusap paha istrinya.
“Love” bisik Aji lalu menggigit telinga istrinya.
“Mas..” Isti merengek karena Aji mengganggu konsentrasinya hunting produk sale di ponselnya.
Aj merampas ponsel Isti, mengambil tangan Isti dan meletakkan di intim Aji yang sudah mengeras. Isti menoleh ke suaminya menggelengkan kepala.
“Pengen” Aji mencium pipi Isti.
“Ih Mas ..30 menit lagi makan siang” tangan Isti meremas lembut menggoda intim Aji.
“30 menit bisa untuk 2 ronde Love”
“Ga percaya!”
“Ya uda..satu ronde..ayo buruan!” Aji menghujani kecupan kecil di tubuh Isti yang ada didepannya sambil tangannya mengusap paha lalu menyusup di balik dress.
Dorongan dari kecupan Aji membuat Isti perlahan terbaring di sofa.
“Mas, aku hamil!” Isti menggenggam tangan Aji dengan senyum malunya.
“Tau! kan aku bapaknya!” Aji melihat Isti dengan tatapan menggoda.
lalu mencium tangan Isti yang menggenggam tangannya. Kedua tangn Aji menyusup dibalik rok, dan memaksa melepas CD istrinya.
“Maksudnya kalo posisi gini ga enak, ada adeknya.” Isti tersenyum melihat Aji menahan gairah.
“Jadi gimana?”
Aji mengusap lembut intim Isti yang sudah mulai lembab, memainkan klitoris, membuat Isti kehilangan konsentrasi, nafasnya sudah berat menahan desahan.Jari Aji semakin lincah menari membangkitkan gairah istrinya.
“Mas dibawah atau berdiri?” Isti memberikan opsi.
“Aku dibawah!” seru Aji dengan semangat dan senyuman girang.
Aji membantu Isti bangkit dari baringnya.Tak lupa dia mengunci pintu ruangannya.
Dengan cepat pria itu membuka gesper ikat pinggang, lalu resliting celananya.
“Ucil uda siap!” Aji mengeluarkan intimnya yang sudah tegak memperlihatkan uratnya.
Aji duduk di sofa, tangannya menuntun Isti yang hendak duduk dipangkuannya.
“Ehhhmmm” Aji mengerang saat Ucil memasuki liang hangatnya.Tangan Aji mebuka biji kancing baju yang dikenakan Isti, berikut bra.
“Mas, ngapain dibuka?” Isti protes saat Aji meloloskan tubuh Isti dari bajunya
“supaya cepet kalo liat kamu polos gini”
Aji meremas lembut payudara Isti, dia ingin sekali mengulum puting, tapi karena perut besar istrinya, dia tidak bisa melakukan hal kesukaanya itu.Isti mulai meliukkan tubuhnya.
“Gombal!” ucap Isti menunduk malu dan menahan senyum.
Dia merasa tak percaya suaminya masih saja bergairah dengan bentuk tubuhnya saat ini.
“Love” panggil Aji dan memegang dagu istrinya, tampak Isti menggigit bibir menahan senyum.
Aji mencium lembut bibir Isti, dan tak lama Aji merasakan sesuatu di area dadanya.Tendangan kecil dari janin yang dikandung Isti.
“Wow! Adek protes! Rasanya dia cemburu Love” Aji mengecup lagi bibir Isti.
Aji tampak bergairah hingga dia ikut menggoyangkan pinggulnya.
“Love, berdiri aja ya!” Aji melihat istrinya sudah kelelahan.
Isti pun berhenti meliukkan tubuhnya, dia bangkit dari pangkuan suaminya.Wanita itu berlutut disofa dan berpegang di sandaran.
Aji mengusap lembut pantat sekal istrinya, mengusap intim Isti yang masih basah.Tak lama dia menghujamkan miliknya.
“Mash” Isti mendesah saat Aji meremas payudara Isti dari belakang.
Aji menggoyang pinggulnya perlahan, dia masih ingin menikmati sambil mengecup punggung Isti yang mulai berkeringat.
Tangan Isti membelai lembut biji yang menggantung di sekitar intim Aji.
“Love!” Aji menggoyang pinggulnya makin cepat, pertanda pria itu akan mencapai puncak kenikmatan.
Aji mencapai puncak kenikmatan sambil meremas payudara Isti dengan kencang.
Pria itu memberi kecupan dipunggung Isti, lalu memisahkan diri.
Aji mengambil tisu dan membersihkan lelehan sperma yang di paha dan betis Isti.Isti mengenakan busana dibantu suaminya.
“Mas, celana dalamku mana?”
“Aku belum selesai sayang.Duduk!” Aji memerintah Isti duduk kembali di sofa
Wanita itu menuruti, dan Aji duduk disebelahnya.
“Mau berapa ronde lagi?” tanya Isti.
“sekarang giliranku sayang” Aji membuka kancing bagian atas Isti, lalu mengeluarkan benda kenyal dari cupnya.
Aji ingin memberikan kenikmatan untuk istrinya, dia tau Isti belum orgasme saat permainan tadi.
“Mas ngapain? Uda mau makan siang!” Isti sangat malu melihat perbuatan suaminya.
“Berkerja samalah supaya makin cepat! Atau kamu ingin aku terlambat?” Aji mengulum dan menghisap puting Isti.Tangan Aji menyingkap dress dan jarinya kembali bermain.
“Ahh” Isti mendesah saat jari memasuki liang nikmatnya dan ibu jari Aji bermain di klitoris.
“Massh” Isti berbisik di telinga Aji merasakan nikmat yang diberikan suaminya, tangan Isti meremas lembut rambut.
Jari pria itu masih rajin keluar masuk sehingga menimbulkan suara kecipak yang membuat Aji makin semangat.
Pinggul Isti pun ikut bergerak mencari titik-titik kenikmatan, dan dia bergoyang makin cepat hingga mencapai puncak kepuasan.
Isti memejamkan matanya setelah mendapat pelepasan.Aji merasakan lelehan lebih banyak dijarinya, dia mengeluarkan jari dari intim Isti dan mengambil tisu mengusap jari serta intim Isti.Nafas Isti terengah-engah sambil mengancingkan bajunya.
Aji menunduk memasangkan celana dalam istrinya.
“Ayok makan siang!” ajak Aji sambil mencuri satu ciuman di bibir Isti
“Mas ih!” ucap Isti sambil cemberut dan mencubit lembut bibir bawah Aji.
” Ga mau ah, itu kan acara kantor aku pulang aja” lanjut Isti.
“Itu acara kantor biasa, acara rutin tiap bulan. Ga papa ikut, lagian kamu juga belum pernah kenal sama orang sini.”
‘Baiklah, biar mereka tau kalo Aji Laksono sudah punya Istri, dan uda mau punya buntut pula!’ Isti membatin.
“abis makan siang, aku pulang ya!” ucap Isti penuh manja.
“Iya!” Aji menarik tangan Isti agar wanita itu mau berdiri.
“Makan siang dimana?”
“Di ruang serbaguna, tapi ruangannya kecil. Biasanya kalo hari biasa ya makan di kantin atau keluar.”
“biasanya sama sapa?” Isti bertanya penuh selidik.
“ama staff juga, tenang aja, dia cowok kok” Aji tau cara pikir istrinya.
Saat berjalan ke tujuan, Aji melingkarkan tangannnya dipinggang Isti.Beberapa staff yang melihatnya tampak terkejut dan berbisik, namun tak berani melihat lebih lama lagi.
Mereka duduk bersama dengan beberapa staff yang lain.Di acara ini tidak ada batas antara staff dan petinggi, dan tidak ada pembicaraan tentang pekerjaan.
Isti yang biasanya manja, saat ini dia kembali menjadi wanita mandiri, senyumnya terus mengumbar kala Aji mengenalkannya ke yang lain.
Tak sungkan si pria membersihkan remahan yang tertinggal di bibir wanitanya.Dia juga menyelipkan rambut yang menutupi pipi tembem Isti dengan perlahan, seolah Aji menunjukkan ke semua orang bahwa dia adalah suami siaga.
Pria itu juga mengambil segala sesuatu yang diinginkan istrinya.Beberapa kali staff yang disekitar mereka mendengar Aji bicara cukup panjang dan lebar dengan istrinya dengan tatapan hangat, itu adalah hal yang sangat langka.
Sangat berbeda saat berbicara tentang pekerjaan sangat dingin dan irit bicara, bahkan Aji malas memandang lawan bicara.
Isti sering menegur tentang ‘eye contact’ itu, namun Aji selalu menjawab, ‘Fungsi telingaku cukup baik untuk mendengar apa yang mereka ucapakan’.
“Aku ke toilet bentar ya” Aji berpamitan, dompet dan ponselnya diberikan ke Isti.Isti melihat wallpaper di layar ponsel suaminya.
Dia tersenyum malu ada foto dirinya saat menggoda Aji saat di villa, saat itu mereka belum menikah.
Siang itu Aji menyelinap masuk ke kamar Isti saat saudara berkumpul dikolam renang. Isti terkejut saat Aji sudah ada didekatnya. Seketika Aji menarik Isti di sofa dan menghujani ciuman.
Wanita itu hanya pasrah, dia pun juga menginginkan sentuhan prianya sejak Aline memainkan bokep malam itu.
“Ibu juga kerja?” tanya wanita yang bernama Karin, dia duduk diseberang Isti.
“Iya, saya marketing asuransi. Freelance.”
“Dengan kondisi Ibu seperti ini masih bisa?” tanyanya lagi.
Aji duduk kembali ke asalnya, dia melihat istrinya terlibat pembicaraan dengan wanita diseberangnya.
” Saya dibantu driver.”
“Mmmm…maksud saya dengan kondisi hamil gini apa ga ada kendala untuk menjual asuransi?”
“Minggu kemarin ada yang mau, preminya hanya 100juta/tahun” balas Isti.
“Kok bisa?” tanya wanita itu lagi, akhirnya Isti paham dengan alur pemikiran wanita yang ada diseberangnya.
“Yang saya jual dan yang saya tawarkan adalah produknya. Bukan tubuh saya. Selain itu kita juga punya standart berbusana. Ga boleh pakai baju yang terlalu menerawang, ntar dikira saringan tahu. Rok paling pendek 5cm di atas lutut. Kancing baju yang terlepas sebaiknya pakai pengait, supaya terlihat rapi. Saya bawa nama perusahaan, jadi saya harus berbusana yang layak. Apa jadinya kalo saya pakai busana minim? ntar dikira saya wanita murahan, atau mereka akan mengira income saya ga cukup untuk membeli busana.” Isti menjelaskan dengan santai namun sindirannya tepat tujuan.
Akhirnya wanita itu hanya tersenyum dan tidak melanjutkan pembicaraan.
Aji hanya tersenyum mendengar ceramah istrinya.
‘Istriku tuh’ batin Aji bangga.
Isti memberikan ponsel ke pemiliknya.
“itu sapa yang ambil gambarnya?” tanya Isti.
“gambar apa?”
“yang diponselnya Mas”
“siapa lagi kalo bukan Angga” Isti terkekeh mendengar ucapan Aji yang agak ketus.
“Ga usah ketawa! aku ga suka privasiku diliat orang lain, tubuh kamu salah satu privasiku!” Aji cemberut.
Isti meraih tangan Aji dan meletakkan di perutnya.
“Hari ini ayahmu manja banget Dek” Isti menatap mesra suaminya.
“Cuma kamu yang bisa gini in aku” Sekejap emosi Aji hilang melihat tatapan Isti, lalu tersenyum.Aji meraih ponselnya dan menghungi driver Isti untuk memintanya kembali ke rumah.
“Mas ngapain suruh Pak Im pulang? aku abis gini pulang sama sapa?”
“Ntar jam 3 aku keluar, mau ke kantor Surabaya. kasih dokumen yang harus di tanda tangani. Kan searah sayang.”
“Tapi aku ngantuk”
“ada sofa”
“Aku takut gangguin kamu Mas?”
“Love, kamu selalu mengganggu pikiranku, apa kamu mau ada wanita lain yang mengganggu pikiranku?”
“Mas Berani!” tantang Isti.
“Jelas ga berani lah….Istriku kejam gini. Yuk balik ke ruangan!” ajak Aji mumpung suasana hati istrinya belum rusak.
***
Usia kehamilan Isti hanya menunggu hari saja.
“Love…ga bangun?” Aji mencium pipi Istrinya.
“Mas mandi dulu aja, aku masih capek gara-gara Mas”
“kamunya sich mendesah terus, kan gemes” Aji memainkan puting Isti dibalik selimutnya.
“capek Mas” rengek Isti.
“kapan kontrol lagi?”
“lusa” Isti menjawab sambil memejamkan matanya.
“Aku mandi dulu ya…” Aji mencium puncak kepala Isti.
“Hm”
Seperti hari Sabtu biasanya, Aji akan melewati hari-harinya bermain dengan Vazco. Saat ke ruang makan, Aji melihat 2 gelas jus, segelas jus sirsak dan segelas jus alpukat. Dia menghabiskan jus sirsak, karena dia tahu jika Isti tak menyukai jus sirsak.
Tak lama wanita yang sedang mengandung itu ke ruang makan, tersedia sarapan dan segelas jus alpukat.Dia berjalan ke arah dapur.
“Bu Mimin tadi jus sirsak nya uda buat?”
“uda Mbak, uda ditaruh di meja, Adik Vazco minta tomat.”
“kok ga ada ya Bu, sisa Alpukat” ucap isti dengan cemberut.
“mungkin uda diminum Mas Aji, bentar dibuatkan lagi aja ya..paling 5 menit”
“ga usah Bu, minum yang alpukat aja”.
Wanita itu berjalan dan menuju ruang makan, dia menenggak habis us alpukatnya.Lalu ke ruang keluarga, ada Aji dan Vazco yang sedang melihat Nat Geo.
“Mas tadi minum sirsak?”
“iya” jawab Aji singkat
“itu kan buat aku?”
“sejak kapan kamu mau sirsak?”
“aku ga tau, pokoknya hari ini aku pengen” ucap Isti matanya sambil berkaca-kaca.Aji yang sudah biasa melihat hal ini hanya bisa bersabar.
“Maaf, aku ga tau. Aku minta Bu Mimin buat lagi aja ya”
“Ga usah, uda ga pengen. Aku sebel sama Mas” Isti meninggalkan Aji dan Vazco.
“Kamu mau kemana?”
“Ke Bunda”
“sama aku ya?”
“sama Pak Im aja”
Aji hanya menarik nafas dengan berat. Sepeninggal Isti, Aji menghubungi Bunda jika Isti menuju rumah Bunda, Aji akan menyusul setelah Vazco tidur.
( Bersambung )