Pesta Seks Cewek Kampus Binal Gangbang ( Part 3 )
Pesta Seks Cewek Kampus Binal Gangbang
( Part 3 )
Endang pun mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan kemudian makin lama makin cepat. Endang melakukannya dalam posisi satu kaki naik sofa dan kaki lainnya berdiri menginjak lantai, kedia tangannya memegangi betis Ivana.
Ah-ah-ah. uuhh. ! desah Ivana dengan mata terpejam Enak ya Neng ? kata Pak Usep dekat telinganya Sejak Endang menggenjot Ivana, Pak Usep terus saja menyangga tubuhnya sambil menghujani leher, telinga, dan buah dada nya dengan ciuman dan jilatan.
Kini dia sedang mengulum daun telinga Ivana dan tangannya meremas kedua buah dada nya.
Tentu puting Ivana sudah sangat keras krn daritadi dimain-mainkan. Ivana sendiri tangannya menggenggam kontol Pak Usep, dia mengocok-ngocok kontol itu krn hornynya.
Kedua kakinya menjepit pinggang Endang, seolah minta disodok lebih dalam lagi. Tanpa mencabut kontol nya, Endang memiringkan tubuh Ivana sehingga posisinya berbaring menyamping, satu kakinya dinaikkan ke bahunya.
Wow. seru sekali ngeliat paha Endang bergesekan dengan paha mulus Ivana dan kontol nya keluar masuk dari samping.
Pak Usep menempelkan kontol nya ke wajah dan bibir Ivana, memintanya melakukan oral seks.
Ivana masih sangat risih memasukkan benda itu dalam mulutnya, cuma berani mengocoknya dengan tangan, sepertinya dia masih merasa tidak nyaman dengan kontol Endang di mulutnya tadi, belakangan dia bilang ke aku bahwa dia memang tidak terbiasa dengan kontol hitam dan berbau tidak enak seperti itu, dan dia juga tidak suka dengan cara mereka yang suka maksa tidak tau diri, makannya dia tidak pernah mau ngeseks dengan orang-orang kaya gitu, cukup kali ini saja, pertama dan terakhir demikian tegasnya.
Jilatin dong Neng, jangan cuma main tangan aja ! pinta Pak Usep tidak sabar merasakan mulutnya Ngga Mang.
jijik. ga mau. ahh ! gelengnya dengan sedikit mendesah. Lho, gimana sih si Neng ini, tadi kan dia dikasih, masa saya ngga ? Ayo dong Neng, sebentar aja kok ! Pak Usep terus mendesak dengan menekan kepalanya dengan tangan kanannya ke kontol yang dipegang dengan tangan kirinya.
kontol itu pun akhirnya memasuki mulut Ivana, krn mulutnya mengap-mengap mendesah, kesempatan itulah yang dipakai Pak Usep menjejalkan kontol nya.
Sesudah kontol nya dimulut, Pak Usep memaju-mundurkan kepalanya dengan menjambak kuncirnya. Emmhh.
eehmm. Mang. saya. m ! Ivana berusaha protes tapi malah tersendat-sendat krn terus dijejali kontol.
Mm. gitu dong Neng baru namanya anak manis, udah lama Mamang ga diginiin uuh ! Pak Usep melenguh dan merem-melek keenakan dioral Ivana.
Kalau saja ada orang berani berbuat seperti itu padanya setengah tahun lalu, pasti sudah kuhajar sampai masuk ICU, tapi sekarang berbeda, aku malah terangsang ngeliat bekas pacarku ini diperlakukan demikian sehingga aku makin cepat mengocok kontol ku, apalagi waktu itu Maria juga sedang main kuda-kudaan diatas kontol Pak Andang sambil mengoral kontol Mang Nurdin dengan bernafsu.
Akhirnya Ivana orgasme duluan, badannya berkelejotan dan mulutnya terdengar erangan tertahan. Pak Usep rupanya cukup pengertian, dia melepaskan dulu kontol nya membiarkan Ivana menikmati orgasmenya secara utuh.
Badannya menegang beberapa saat lamanya, Pak Usep menambah rangsangannya dengan meremasi buah dada nya.
Endang pun menyusul sekitar tiga menit kemudian, sodokannya makin dahsyat sampai akhirnya dia melepaskan kontol nya dan menumpahkan cairan putih di perut yang rata itu.
Sambil orgasme dia memegang erat-erat lengan kokoh Pak Usep yang mendekapnya hingga tubuhnya lemas dan terbaring dalam dekapan pria tambun itu.
Si Endang cuma duduk sebentar, minum dan menyeka keringat, lalu dia langsung beralih ke Maria seperti yang telah kuceritakan di atas, posisinya segera digantikan Mang Obar yang baru recovery setelah istirahat.
Pak Usep memberikan minum pada Ivana mengambilkan tissue mengelap keringatnya. Euleuh. si Endang teh gimana, buang sperma sembarangan aja ! gerutu Mang Obar yang baru tiba ngeliat ceceran peju di perut Ivana.
Pak Usep sambil tertawa meneteskan sedikit air dan mengelap ceceran peju itu sampai bersih, Ivana juga ikut tertawa kecil.
Udah, gampang Mang, dibersihin aja kan beres ! hiburku padanya Mang Obar langsung mencumbui buah dada Ivana yang masih didekap Pak Usep, mulutnya berpindah-pindah antara buah dada kiri dan kanan.
Ooohh. ooh ! desahnya ketika merasakan putingnya digigit dan ditarik-tarik dengan mulut oleh Mang Obar.
Tangan satunya di bawah sedang meremasi bongkah pantatnya yang kenyal, diremasnya berulang kali sekaligus mengelusi paha mulusnya.
Dari pantat tangannya merayap ke nonok , tubuh Ivana bergetar merasakan kenakalan jari Mang Obar yang mengusap-usap klitoris dan bibir nonok nya.
Di belakangnya, Pak Usep sangat getol mencupangi leher, tenguk dan bahunya. Hehehe.
liat nih udah basah gini ! sahut Mang Obar mengeluarkan jarinya dari nonok Ivana Emm.
enak pisan ! dijilatinya cairan yang blepotan di jari itu Kemudian Pak Usep menarik pinggang Ivana, mendudukkannya di pangkuannya dengan membelakanginya, satu tangannya meraih nonok nya dan membuka bibirnya Masukin Neng, pelan-pelan ! suruhnya Ivana tanpa malu-malu memegang kontol itu dan mengarahkan ke nonok nya, lalu dia menekan badannya ke bawah sehingga kontol itu terbenam dalam nonok nya.
Namun kerena besar kontol itu baru masuk kepalanya saja, itu sudah bikin Ivana merintih-rintih dan meringis menahan nyeri.
Duh. sakit nih Mang, udah ya ! rintihnya Wah, kagok dong Neng kalo gini mah, ayo dong dikit-dikit pasti bisa kok ! kata Pak Usep Nanti juga enak kok Neng, sakitnya bentar aja ! timpal Mang Obar Beberapa kali Pak Usep menekan tubuh Ivana juga menghentakkan pinggulnya, akhirnya masuk juga kontol itu ke nonok nya, mata Ivana sampai berair menahan sakit.
Pak Usep mulai menggoyangkan tubuhnya Arrgghh. uuh. sempit amat. enak ! gumam Pak Usep di tengah kenikmatan kontol nya dipijat nonok Ivana Sementara Mang Obar meraih kepala Ivana, wajahnya mendekat dan hup.
mulut mereka bertemu, lidahnya menerobos masuk mempermainkan lidah Ivana, dia cuma pasrah saja menerimanya, dengan mata terpejam dia coba menikmatinya lidahnya, entah secara sadar atau tidak turut beradu dengan lidah lawannya.
Limabelas menit lamanya batang Pak Usep yang perkasa menembus nonok Ivana, runtuhlah pertahanan Ivana, sekali lagi badannya mengejang dan mengeluarkan cairan kewanitaan membasahi kontol Pak Usep dan sofa di bawahnya (untung sofanya bahan kulit jadi gampang dibersihkan).
Ivana memeluk erat-erat kepala Mang Obar yang sedang mengenyot buah dada nya.
Sekonyong-konyong keliatan cairan putih meleleh dari selangkangan Ivana, rupanya Pak Usep juga telah orgasme.
Desahan mereka mulai reda, keduanya melemas kembali. Nampak olehku ketika Pak Usep melepas kontol nya, dari nonok Ivana menetes cairan peju yang telah bercampur cairan cintanya.
Waktu beristirahat baginya cuma sebentar krn Mang Obar langsung menyambar tubuhnya, menindihnya, dan mengarahkan senjatanya ke liang kenikmatan.
Segera saja tubuhnya memacu naik-turun diatasnya. Ivana menggelinjang setiap kali dia menghentakkan tubuhnya.
Saat itu Mang Nurdin dan Pak Andang mendekati keduanya untuk menonton lebih dekat adegan panas itu.
Mereka menyoraki temannya yang sedang berpacu diatas tubuh mantan pacarku itu seperti menonton pertandingan olahraga saja.
Setelah itu aku kehilangan sedikit adegan krn sedang mengantar Maria ke kamar mandi, maka adegan yang hilang ini kuceritakan berdasarkan penuturan Mang Nurdin yang kuanggap paling akurat.
Dari sofa, Mang Obar menurunkan Ivana ke karpet, dia berlutut di antara paha Ivana dan terus menyodoknya.
Mang Nurdin membungkuk agar bisa mengemut buah dada yang menggiurkan itu. Pak Andang berlutut di samping kepalanya dan menjejalkan kontol nya ke mulutnya, sambil diemut dia memegangi buah dada Ivana.
Endang dan Pak Usep yang nganggur kembali mendatanginya, merekapun ikut bergabung mengerjai Ivana.
Tangan-tangan hitam kasar menggerayangi tubuh mulus itu, ada yang mengelus pahanya, ada yang meremas buah dada nya, ada yang memelintir putingnya, beberapa diantaranya sedang dikocok kontol nya oleh Ivana.
Ikat rambutnya sudah terbuka sehingga rambutnya tergerai sebahu lebih. Pemandangan itulah yang kulihat ketika keluar dari kamar mandi.
Lebih dari lima menit dia menjadi objek seks kelima buruhku. Mulanya aku sangat menikmati tontonan ini, terlebih ketika peju mereka muncrat di tubuhnya, ada yang nyemprot di dada, perut, dan mukanya.
Namun aku mulai merasa kasihan ketika mereka memaksanya membersihkan kontol - kontol mereka dengan mulutnya, beberapa bahkan menjejalkan paksa ke dalam mulutnya, aku terpaksa turun tangan menyudahinya ketika kulihat air matanya mulai menetes.
Aku tahu semasa pacaran denganku dulu dia memang tidak terlalu suka oral seks dan menelan peju , jijik katanya, apalagi sekarang dengan yang hitam-hitam gitu, tentu saja aku tidak tega ngeliat nya dipaksa-paksa sampai menangis.
Udah-udah Mang, cukup. jangan diterusin lagi, nangis nih dia ! kataku membubarkan mereka Kemudian aku sandarkan dia di kaki sofa dan memberinya minum, kulap peju yang membasahi mukanya.
Dia memelukku dan menangis sesegukan, aku balas memeluknya dan menenangkannya, tidak peduli lagi dengan tubuhnya yang masih lengket-lengket.
Duh. maaf banget Neng, abis tadi kita kirain Neng nikmatin, ga taunya nangis beneran ! kata Mang Obar Iya, kalo tau Neng ga suka ngemut peler , kita juga ga maksa, tadi Neng reaksinya malu-malu sih, jadi kita juga tambah nafsu tambah Pak Usep Sori, sori, Na gua lupa bilang tadi, abis mandi lu pulang aja yah ! hiburku mengelus-elus rambutnya Ngga, ga papa kok Win, gua enjoy, cuma tadi gua kaget aja dipaksa-paksa gitu, gua kan ga suka oral katanya setelah lebih tenang sambil membersihkan air mata.
Legalah kami mendengar dia berkata begitu, kami kira dia bakal trauma atau shock.
Aku lalu menyuruhnya mandi dan membantunya bangkit, dia pun berjalan sempoyongan ke kamar mandi.
Aku dan para buruhku duduk-duduk di ruang tamu merenggangkan otot, kupersilakan mereka menyantap snack dan minuman sambil menunggu Vania.
Aku ngobrol-ngobrol tentang pendapat mereka sekalian memberi pengarahan apa yang hrs dilakukan untuk menghukum Vania yang terlambat nanti.
Vania memang bukan type yang malu-malu seperti Ivana, tapi aku tetap hrs memperingatkan mereka agar tidak bertindak kelewatan, aku tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan gara-gara mewujudkan fantasi gilaku.
Win, Ivana diapain aja sampe nangis gitu ? terdengar suara Maria bertanya dari belakang, dia berjalan ke arahku dengan handuk kuning terlilit di tubuhnya, rambutnya masih agak basah Ga kok, cuma belum biasa dikeroyok aja, jadi sedikit.
ya gitulah ! jawabku sambil meraih pinggangnya mengajak duduk di sebelahku. Mang Nurdin mengajak Maria duduk disebelahnya saja, tapi Maria menolaknya Nggak ah Pak, mending simpen tenaga aja buat si Vania ! tolaknya Ketika kami ngobrol-ngobrol ada yang misscall ke HP-ku, si Vania, semenit kemudian disusul bunyi bel, nah pasti ini dia, pikirku.
Aku menyuruh buruh-buruhku sembunyi di dapur dengan membawa pakaian masing-masing, aku berencana bikin surprise sekaligus hukuman baginya.
Kupakai celana pendekku untuk menyambutnya (iya dong, kalau ternyata bukan Vania, masa aku menyambutnya memakai celana dalam).
Hai, sori yah telat katanya begitu pintu terbuka gua jadi ga usah main sama buruh-buruhlu yah Udah malam gini, kita baru aja bubar, masuk ! ajakku Ngapain aja seharian tadi ? Nge-bowling di BSM, pada minta nambah game melulu sih, kan ga enak kalo gua pulang dulu, sori banget Vania orangnya cantik, rambut panjang kemerahan direbound, tinggi kurang lebih 160cm, dadanya tegak membusung 34B, lebih montok daripada Ivana dan Maria, tampangnya sedikit mirip Vivian Chow, artis HK tahun 90an itu loh, dengan modal itu dia pantas bekerja paruh waktu sebagai SPG.
Hari itu dia memakai baju putih lengan panjang dengan dada rendah dan rok selutut dari bahan jeans.
Hi, baru lembur nih ! sapanya pada Maria Kubiarkan mereka berbasa-basi sebentar sampai aku menarik rambutnya dari belakang sehingga dia merintih kaget Udah arisannya nanti lagi, kaya ga tau lu punya salah aja ! Aww.
aduh, ngapain sih sakit tau ! rintihnya dalam bermain sex dengannya aku memang sering memakai cara kasar, krn dia juga menikmati dikasari, cuma sebatas main jambak dan tampar sih, tidak sampai masokisme dengan pecut, lilin, dan sejenisnya.
krn dia suka variasi seks kasar inilah aku mengajukan tantangan padanya. Aku mendekapnya dan menciumi bibir dan lehernya habis-habisan sampai nafasnya mulai memburu.
Dia pun mulai meraba selangkanganku. Setelah memberi syarat dengan gerakan tangan ke arah dapur, mendadak aku melepas ciumanku dan menepis tangannya dari selangkanganku Heh, dasar gatel, datang-datang udah pengen peler , kalo lu mau peler gua kasih lu lima sekaligus ! makiku sambil mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai Dia menjerit kecil dan begitu menengok ke belakang disana sudah berdiri para buruhku yang bugil yang senjatanya sudah di reload, mengacung tegak siap untuk pertempuran selanjutnya.
Sebelum sempat bangun dia sudah diterkam kelima orang itu. Heea. sikat ! seru mereka sambil menyerbunya Win.
sialan lu, gila ! jeritnya Huehehehe. tenang Van, gua masih nyisain buat lu kok, kan lu suka dikasarin, coba deh biar tau rasanya diperkosa, dijamin sensasional abis ! aku menyeringai padanya Vania meronta-ronta, tapi dia tidak bisa menghindar krn kedua kaki dan tangannya dipegangi mereka, malah itu cuma menambah nafsu mereka.
Mereka tertawa-tawa sambil mengeluarkan komentar jorok bagaikan gerombolan serigala melolong-lolong sebelum menyantap mangsanya.
Keributan disini memancing Ivana melongokkan kepalanya dari kamar mandi untuk ngeliat apa yang terjadi, kupanggil dia, tapi dia bilang nanti, mandinya belum selesai.
Pak Usep meremasi buah dada nya yang masih terbungkus pakaian Waw. teteknya gede nih, asyik ! komentarnya Mang Obar dan Pak Andang yang memegangi kakinya juga tak mau kalah, mereka menyingkap roknya sehingga keliatan lah celana dalamnya yang warna hitam dan pahanya yang putih mulus, tangan-tangan mereka segera mengelus-elus pahanya dan terus naik ke pangkal pahanya, bukan cuma itu, jari-jari itu juga mulai menyelinap lewat pinggir celana dalam itu menggerayangi nonok nya.
Mang Nurdin menyusupkan tangannya lewat bawah kaosnya sehingga dada kirinya menggelembung dan ada yang bergerak-gerak.
Si Endang meraih tangan Vania dan menggenggamkannya pada kontol nya. Kocok Neng, kocokin yang saya ! suruhnya Erwin.
mhhpphh. Win. gua. m ! desahnya di tengah cecaran bibir Pak Usep yang akhirnya melumat bibirnya.
Aku menyaksikan adegan ini dari jarak satu meteran sambil duduk merangkul Maria.
Win, dasar kelainan seks lu, tega amat lu melihat kita digituin tiko! katanya sambil mencubit pahaku Tapi lu suka kan, gua liat tadi lu hot gitu goyangnya, ngaku lo ! sambil memencet buah dada nya Buka ah handuknya ngehalangin aja ! kutarik lepas handuk yang melilit badannya Lu juga dong buka, biar adil ! balasnya sambil melepasi pakaianku Sepongin Van, sambil nonton si Vania dismack down nih ! suruhku Dengan posisi duduk di sebelahku, dia merunduk menservis kontol ku, jilatan dan kulumannya menyemarakkan acara yang sedang kusaksikan, seperti popcorn yang menemani nonton di bioskop.
Sambil menikmati liveshow dan sepongan, tanganku memijati buah dada nya dan menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya.
Rontaan Vania semakin lemah, dia sudah pasrah bahkan hanyut menikmati ulah mereka.
Aku berasumsi dia sudah tenggelam dalam hasrat seksualnya, hasrat terliar dalam dirinya, dia menikmati pagutan bibir Mang Nurdin tanpa ada paksaan, mengocok kontol Endang dengan sukarela, juga ketika Pak Usep menempelkan kontol nya ke mulutnya, tanpa diminta dia sudah menjilat dan mencium kontol itu.
Telanjangin euy, biar kita bisa melihat bodinya ! kata salah seorang dari mereka Iya bugilin, bugilin, ewe.
Bersambung