Pesta Seks Cewek Kampus Binal Gangbang ( Part 1 )

 Pesta Seks Cewek Kampus Binal Gangbang


( Part 1 )


Waktu itu aku baru putus dengan pacarku, dalam kesepian itu kalau sudah tidak ada kerjaan aku menghibur diriku dengan nonton bokep, clubbing (tapi tidak sering krn besoknya hrs bangun pagi-pagi, malu dong bos kesiangan), ataupun main internet berjam-jam.


Terbayang dalam pikiranku dimana cewek putih cantik, sexy, dan imut dikerjai oleh cowok-cowok kasar, tua, hitam, dan jelek yang statusnya lebih rendah darinya, sungguh suatu kekontrasan seks yang menggairahkan.


Aku kemudian mulai memikirkan rencana untuk mewujudkan fantasi liarku, rencanaku mencari cewek-cewek dari kalangan teman-temanku untuk diadu dengan buruh-buruh bawahanku.


Yang pertama hrs kulakukan adalah mencari ceweknya dulu, krn cukup sulit dan perlu lobi-lobi yang jitu, kalau untuk prianya itu sih nanti saja, kemungkinan menolaknya pasti kecil, cuma satu banding sepuluh.


Besoknya aku kuliah siang dan membicarakan hal ini dengan seorang teman wanita yang pernah ML denganku, hasilnya nol, ditolak mentah-mentah.


Aku jadi malu dan hampir mengurungkan niatku, tapi bintangku mulai bersinar di waktu malam ketika ngedugem, di sana aku bertemu Maria (21) dan Vania (20) yang juga sefakultas denganku, mereka akrab denganku maka aku tanpa tendeng aling-aling mengutarakan maksudku pada mereka.


Mulanya mereka merasa risih dengan ideku, tapi setelah susah payah kurayu-rayu, akhirnya Maria bangkit juga gairahnya membayangkan hal itu, sedangkan Vania, meskipun masih ragu-ragu, akhirnya mengiyakan juga krn kudesak terus (duh.


kaya salesman aja nih ! ). Setelah puas ngedugem, aku mengantar Maria pulang (Vania naik mobil sendiri), sambil menyetir Maria sempat mengoralku sampai keluar dan dihisapnya habis.


Berikutnya aku mencari seorang lagi untuk lebih meriah, kutelepon beberapa teman yang pernah kencan denganku dan mereka-mereka yang bispak (bisa pakai).


Dari tiga orang yang kuhubungi akhirnya ada juga yang setuju yaitu Ivana (23), mahasiswi Sastra Inggris yang pernah pacaran singkat denganku, kebetulan waktu itu dia baru putus dengan pacarnya.


Phew. akhirnya jerih payahku dengan menebalkan muka tidak sia-sia. Kini tinggal mencari cowoknya, aku keliling pabrikku untuk menyeleksi kandidat yang pas, lima orang saja kurasa cukup, kalau terlalu banyak takutnya berabe, bisa ada kasak-kusuk ga enak.


Sebentar saja aku sudah mendapatkan lima kandidat itu, pilihanku jatuh pada : Pak Andang, seorang buruh tua berumur lima puluhan yang telah bekerja sejak usaha kami masih kecil-kecilan, kurasa pantas dia menerima hadiah ini mengingat pengabdiannya, meskipun berusia senja dan sudah mulai beruban, tubuhnya masih tetap fit krn terbiasa kerja keras; Pak Usep, usianya sebaya dengan Pak Andang, sudah menduda, jadi kupikir inilah saatnya sekali-sekali memberi upah biologis padanya; Mang Nurdin, berusia empat puluhan, badannya kekar dan berisi, inilah yang menjadi pertimbanganku memilih dia; Mang Obar, tiga puluhan, tampangnya mirip tikus dengan kumis tipis, kurus tinggi seperti pohon kelapa; Endang, paling muda dari kelimanya, baru dua puluh tiga tahun, bekerja disini baru setahun lebih, tapi rajin dan kerjanya bagus, patut mendapat hadiah ini.


Seusai jam kerja aku memanggil mereka untuk bertemu secara pribadi di kantorku.


Awalnya mereka bingung kok dipanggil mendadak seperti ada salah saja. Namun setelah aku menjelaskan maksudku selama beberapa menit, mereka hampir terlompat, antara kaget dan senang, seperti tidak percaya apa yang baru kutawarkan.


Hah, serius nih tuan ? Pak Andang dan Mang Obar bertanya hampir bersamaan Iya, siapa yang main-main, pokoknya kalian tinggal datang dan nge-jos, apa-apanya saya yang atur, dan satu hal lagi jangan sampai ada yang tau lagi selain kita, atau tidak sama sekali jawabku meyakinkan.


Seperti yang kuduga, tak satupun dari mereka ragu atau menolak, tidak sesulit mengajak para ceweknya.


Ya, sifat dasar pria lah, siapa sih yang bisa melewatkan kesempatan emas gini lalu begitu saja, apalagi kalau soal perempuan, bahkan Raja Daud yang bijak itu saja tidak bisa menghindar dari godaan seksual, ya kan ! Sebenarnya menurut rencana harusnya besok bisa mulai, tapi krn Maria meng-SMS bilang bahwa ada tugas kuliah yang hrs diselesaikan, terpaksa acara ditunda besok lusa.


Duh, aku jadi agak bete, tidak sabar menunggu hari esok, satu jam jadi terasa setahun krn sudah kebelet.


Malamnya aku sampai masturbasi saking bergairahnya, tapi sisi positif dari tertundanya acara ini aku bisa mempersiapkan segalanya lebih baik.


Ketiga pembantu wanitaku kubebastugaskan hari itu, yang kebetulan sehari sebelum hari kemerdekaan RI, kusuruh saja mereka berkunjung ke sanak saudaranya atau kemana kek, pokoknya tidak mengganggu acara gilaku.


Kupompa kasur udaraku yang empuk (beli dari Dr. TV, hehe. promosi nih ceritanya ? ) dan kuletakkan di ruang tamu sebagai arena pertarungan nanti.


Akhirnya sampai juga hari-H itu, sekitar pukul dua siang aku sudah membereskan segala dokumen yang hrs kutangani, sisanya, pekerjaan kecil lainnya kuserahkan pada staffku.


Saat itu sudah ada SMS masuk dari Ivana yang mengatakan bahwa dia sudah datang dan sedang menunggu di depan kediamanku.


Pagi-pagi amat dia datang, baru juga jam segini pikirku Aku pun segera menuju ke rumahku yang terletak di samping pabrik, dibatasi dua buah gerbang kayu.


Aku memasuki pekarangan rumahku, disana Ivana sedang jongkok mengelus-elus si Buster, kelinci peliharaanku.


Hoi, Na, cepat amat kesininya, kan gua bilang jam limaan sesudah bubar kerja sapaku Tanggung, kalo pulang, nanti hrs bolak-balik jauh lagi jawabnya Naik apa kesini ? Tadi nebeng si Stephanie kan dia di Lingkar Selatan sana Hari itu Ivana keliatan cantik sekali, kaos ketatnya tanpa lengan dan celana panjang sedengkulnya semua serba putih, rambutnya yang panjang diikat ekor kuda.


Walaupun pernah putus denganku akibat ketidakcocokan sifat, namun kami masih berteman baik, bahkan terkadang kita melakukan hubungan badan.


Secara fisik, dia termasuk perfect, payudara nya sedang saja, standar cewek Asia, tubuhnya langsing bak biola, dia juga jago dancing dan piano.


Kuajak dia masuk ke rumah, disana kami menonton DVD Troy sambil ngobrol dan makan snack menunggu waktu bubaran pabrik.


Ketika film lagi seru-serunya, tiba-tiba intercom berbunyi, ada urusan di pabrik yang memintaku datang.


Gimana sih nih orang-orang, masih butuh gua juga ! omelku dalam hati Lu nonton sendiri dulu, gua ada perlu dulu nih, sori yah Huh, ternyata cuma ada dokumen yang perlu kutandatangan, cuma itu saja, itulah kenapa aku tidak mengatur acaranya jam segini, ya banyak gangguan seperti ini loh.


Aku memeriksa sejenak kegiatan di pabrik, setelah yakin tidak ada apa-apa lagi aku pun kembali ke samping.


Waktu keluar dari sana, kulihat Vios hitamnya Maria sudah ada di halaman pabrik.


Aku menengok arlojiku, wah. sudah mau jam setengah lima, ga kerasa ya, cepat amat, berarti sebentar lagi pesta gila-gilaan ala Kaisar Caligula akan segera dimulai hehehe.


aku jadi ngeres. Lho, si Maria mana, tadi ada mobilnya di depan ? tanyaku pada Ivana krn tidak ngeliat Maria di rumah Tuh, lagi ke WC, masih lama ga nih acaranya Win, gua udah deg-degan nih ? tanyanya Bentar lagi kok, jam lima baru bubar, rileks aja Na, ga usah tegang gitu, ntar juga enjoy kataku Yo, mar darimana aja, you are so hot today ! sapaku begitu keluar dari kamar mandi Waktu itu Maria memakai tank-top merah yang talinya diikat ke leher dan membiarkan setengah punggungnya terbuka.


Bawahnya memakai rok yang mini dari bahan jeans ungu memamerkan pahanya yang putih mulus.


Aku terpana beberapa detik menatap tubuh mulus Maria yang tinggi semampai (170cm), wajahnya cantik ala oriental namun ekspesinya agak dingin, sehingga sering terkesan jutek bagi yang belum kenal dekat dengannya, tapi kalau akrab dia enak diajak bicara, blak-blakan dan pendengar yang baik, setahuku dia ini orangnya pilih-pilih dalam memilih patner sex, tapi mau saja menerima tantanganku ini, entah dia yang kepingin atau diplomasiku yang hebat.


Dari rumahlah, eh tinggal si Vania ya yang belum ada ? jawabnya Iya belum tuh, ga ada berita lagi, tadi gua telepon HPnya ga dinyalain Lu pake ginian membuat gua kepanasan nih mar kataku sambil memandangi dirinya, dibalik celanaku, adikku juga mulai bangun Tak dpt menahan diri lagi, langsung kupeluk tubuh Maria, tanganku menggerayangi pahanya sambil menyingkap roknya, lalu telapak tanganku bergerak ke belakang meremas pantatnya yang montok.


Nngghh. buru-buru amat sih, ntar aja ah ! katanya antara menolak dan menerima Sori mar.


dikit aja, lu membuat gua nafsu sih sahutku seraya memagut lehernya Rambutnya yang pendek model Utada Hikaru memudahkan aku menjilati lehernya yang jenjang hingga ke tenguknya.


Dari sana bibirku menjelajah secara erotis ke dagu, pipi, hingga mencaplok bibirnya yang tipis.


Dengan kedua tangan meremas pantatnya, aku menciuminya dengan panas, nafas kami yang memburu terasa pada wajah masing-masing.


Perhatian Ivana pada layar TV jadi tersita ke arah mantan pacarnya yang berciuman dengan penuh gairah dengan temannya.


Dia menatapi kami tanpa berkedip dan keliatan gelisah, tangannya secara sembunyi-sembunyi meremas buah dada sendiri.


Aku yakin cintanya padaku masih tersisa sedikit walaupun cuma lima persen, dan hal itu tentu menimbulkan sensasi cemburu yang bikin nya horny.


Maria pun mulai merespon dengan meremas selangkanganku yang sudah menonjol. Lagi enak-enak ber-French kiss, tiba-tiba bel musikku berbunyi, kami melepaskan diri.


Hhmm. siapa ya, Vania atau para bawahanku ? Pintu kubuka, ternyata para buruhku, lima-limanya pula, aku memberitahukan bahwa cewek-ceweknya sudah datang tapi dari tiga baru dua yang datang, kuminta agar mereka bisa berbagi jatah dengan adil.


Ini beneran kan tuan ? kita ga usah keluar uang kan ? si Endang seakan masih tak percaya, aku cuma mengangguk meyakinkannya Udahlah ga usah banyak bacot, enjoy aja euy ! Pak Usep menepuk punggung pemuda itu Kubawa mereka ke ruang tengah dan kupertemukan dengan para cewek.


Ivana keliatan nervous, dia tetap duduk di sofa dan memberi senyum dipaksa ketika kuperkenalkan buruh-buruhku satu persatu.


Sedangkan Maria, meskipun agak gugup, namun lebih luwes, dia berdiri menyambut kedatangan mereka bahkan menyalami mereka waktu keperkenalkan.


Ketika Mang Obar dengan nakal mencolek pantatnya pun, dia membalasnya dengan senyum menggoda.


Setelah saling kenal dan basa-basi sejenak kupersilakan mereka memilih sesuai selera mereka, dengan ini pesta resmi kubuka.


Pak Usep dan Endang sepertinya lebih memilih Ivana, merekapun menghampirinya dan duduk disofa mengapit kanan dan kirinya.


Sedangkan sisanya yang memilih Maria mulai berdiri mengerubunginya. Aku sendiri duduk di sebuah sudut yang strategis untuk menyaksikan the hottest live show ini.


Nah, pembaca, dari sini aku sempat bingung bagaimana menguraikan kedua adegan ini secara lengkap dan detail, krn tidak seru kan kalau aku cuma menguraikannya sekilas-sekilas.


Akhirnya setelah kupikir-pikir aku memutuskan menceritakannya per adegan plus berdasarkan penuturan mereka, supaya lebih fokus dan pembaca pun turut menghayati kenikmatan yang kurasakan waktu itu, semoga metode berceritaku ini memuaskan pembaca sekalian, aku akan memulainya dengan adegan Maria.


(beberapa dialog disini, terutama yang diucapkan para buruhku adalah dalam Bahasa Sunda, sebenarnya aku lebih sreg menuliskan seperti aslinya, namun mengingat pembaca 17tahun bukan cuma dari Jawa Barat, juga peraturan dari admin yang mengharuskan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka aku hrs taat sama aturan mainnya) Maria Dikerubungi ketiga orang itu Maria nampak tegang, namun dia menutup-nutupi ketegangan itu dengan senyumannya dan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, terkadang mereka mengajukannya pertanyaan nakal yang bikin wajahnya memerah tersipu-sipu.


Pak Andang mulai berani mengelusi punggung Maria yang terbuka. Eeemm. geli Pak ! desahnya menggoda.


Masa digituin aja geli sih Neng, gimana kalo diginiin ? Mang Obar meremas buah dada nya Tangan-tangan kasar itu mulai menggerayanginya.


Mang Nurdin juga mulai merayapi lekuk tubuh Maria sambil menyingkap rok mininya, paha mulus itu dia raba-raba, tangannya makin merayap ke atas hingga menyentuh selangkangan Maria yang masih tertutup celana dalam biru langit.


Bapak buka bajunya ya Neng Tanpa menunggu jawaban Maria, Pak Andang membuka tali leher yang menyangga pakaiannya.


Maria tidak memakai bra krn tank top itu mempunyai cup dada didalamnya sehingga begitu melorot buah dada montok dengan puting kemerahan itu langsung terekspos.


Pak Andang dan Mang Obar mencaplok masing-masing kiri dan kanannya. Mang Nurdin kini berjongkok sedang mengagumi keindahan paha Maria yang jenjang dan mulus itu, tangannya tak henti-hentinya mengelusi paha itu.


Neng, pahanya mulus amat. putih lagi puji Mang Nurdin sambil menjilatnya. Yang tak kalah menarik tentu bagian pangkalnya dan kini tangan Mang Nurdin telah sampai kesitu membelai nonok nya dari luar, jari-jarinya lalu menyusup lewat tepi celana dalamnya.


Mang Obar mengenyot buah dada kanannya. Maria menengadah dengan mata terpejam, mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan.

Popular posts from this blog

Bokong Besar Mamaku Yang Menyejukan Jiwa ( Chapter 12 End )

Lendir Pesantren ( Part 3 )

Tetangga Kontrakan STW