Roro Inten ( Part 10 )

 Roro Inten Part 10


( Bagian Ke 2)


Perbukitan Alastua tampak diselimuti pedut / kabut putih yang hampir menutupi sebagian besar puncaknya yang ditumbuhi pepohonan besar.


Udara dingin yang menusuk kian menambah kesan seram dan membuat siapapun yang mencoba beruji nyali pastinya akan lari tunggang langgang dibuatnya.


Satu sosok terlihat di salah satu gua pada sebuah lereng terjal bukit yang sepintas mustahil untuk dilewati manusia.


Namun nyatanya sosok manusia itu ternyata sudah berada di dalamnya.


Sosok itu duduk terpekur dalam diam. Sekilas tak ada siapapun selain dirinya. Namun jika diperhatikan lebih seksama. Ada satu sosok asing yang bisa dikatakan sungguh menyeramkan dan sulit diterima nalar.


Sosok itu menempel di dinding gua yang terbuat dari batu cadas hitam. Kepalanya begitu besar sampai kira-kira 3 kali ukuran normal manusia. Dalam posisi bersedekap saja Wajahnya tidak kelihatan hanya tertutup rambutnya yang panjang dan sangat lebat menjela punggung.


"Nyoto, sudah dekat waktunya kau menyelesaikan ritualmu. Saatnya kau mencapai tugas akhir yang harus kau selesaikan secepatnya.."


terdengar suara yang begitu berat laksana raksasa yang bergaung keras hampir ke seantero gua yang cukup besar dan luas itu.


Sosok pria yang tengah bersila sambil menundukkan muka di tanah gua langsung membuka matanya.


"Saya siap Aki…"sahut pria tersebut yang adalah Nyoto adanya.


"Satu setengah purnama ke depan kau harus mendapatkan Cupu Manikmaya. Bawalah kemari bersama anak perempuanmu"


"Maka sempurnalah ajian Semar Mesem yang kau idamkan. Aku tunggu kedatanganmu…. Sunyotoooo...…"


suara angkernya menggema menyeramkan meski sosoknya telah menghilang dari pandangan.


Pria yang ternyata Nyoto adanya masih terpekur diam.


"Aku akan bawakan Cupu Manikmaya kepadamu. Tapi tidak dengan anakku…lirih terdengar bergetar suara Nyoto sembari mengangkat wajahnya perlahan.


Terlihatlah wajahnya yang dingin tanpa ekspresi dengan sepasang mata mencorong tajam seraya kedua tangannya terkepal erat.


======


"Kak, kok kebetulan sekali kakak ngepasi lewat waktu itu ?


"Aku ndak bisa kebayang kalu kak mawar tidak datang.."


kata Indah sambil kemudian bangun dari pembaringannya.


Kondisinya sudah membaik pasca kejadian di rumah Ivan sekitar 2 hari lalu. Ia terpaksa libur sehari dari sekolahnya.


Mawar hanya menarik nafas dalam lalu memandang adiknya penuh perhatian.


Kemudian pandang matanya mengarah ke sudut luar jendela kamar.


"Aku sendiri ndak begitu mengerti hanya perasaanku saja mengatakan kalu aku harus menjemputmu"


"Sejak awal aku sudah pesan ma kamu supaya hati2. Ndak kukira ternyata Ivan co brengsek…"kata mawar sambil mendengus.


Usai berkata Mawar terdiam sambil matanya menerawang ke luar jendela kamarnya.


"Kenapa kak..?" tanya indah begitu melihat kakaknya seperti berpikir sesuatu.


"Ehmm..."

"Aku cum mikirin sesuatu ndah"

"Waktu itu aku seharusnya tiba lebih cepat di rumah Ivan. Aku kan berangkat hampir satu jam lebih awal. Rumah dia khan paling setengah jam dari sini. Kondisi jalan juga relatif lancar meski hujan lebat.."


kata mawar lagi sedikit merenung. Indah tampak ikut berpikir.


"Benar juga, elu khan seharusnya tiba lebih awal dan sudah sampe rumah dia sebelum ketemu aku di jalan ya kak..?"


"Malam itu aku sudah berangkat sudah separuh jalan dari rumah. Mendadak kepalaku rasanya pening...sakit. Antara sadar dan tidak aku seperti mendengar suaramu terngiang-ngiang di telingaku menyebut namaku berulang kali"


"Entah kenapa aku merasa dirimu dalam bahaya saat itu dan aku ingin segera sampai"

"Pusingku kian menjadi lalu aku seperti pingsan. Sebelum pingsan aku merasa ulu hatiku seperti hangat dan terus memanas.."


kata mawar lagi seraya tanpa sadar menggenggam mata liontin kalungnya yang berbentuk batu kecubung hitam.


Mawar menghentikan ucapannya sementara Indah menatap kakaknya seolah tak sabar.


"Setelah sadar aku langsung bergegas ke arah rumah si Ivan dan di tengah jalan itulah aku bertemu kamu dalam kondisi lemas…"

kata mawar lagi masih dengan menggenggam liontin kecubung hitamnya.


Indah menghela nafas panjang lalu spontan memeluk kakaknya.

"Terima kasih kak…"kata Indah lirih dengan mata berkaca-kaca.


Mawarpun memandang adik kesayangan satu-satunya ini dengan penuh kasih sayang lalu membelai rambut Indah yang panjang.


"Percayalah ndah, demi adikku satu-satunya aku akan berbuat yang terbaik demi untuk keselamatanmu…"tutur Mawar lagi yang balas memeluk erat adiknya itu.


Sesaat kemudian mereka saling melepas pelukannya.


"Btw, kamu lagi ngegambar apa sih kak. Kok ada lumayan banyak kertas coretan di sini.."kata Indah sesaat setelah mereka melepas pelukannya masing-masing.


Ia lalu mengambil beberapa lembar kertas gambar yang tergeletak di meja belajar kakaknya.


Dilihatnya kertas-kertas itu semua menampilkan satu corak yang sama. Corak gambar seekor serigala dengan aneka rupa dan ragam jenisnya.


Ohh...itu gambar sketsa serigala kok. Buat design kaos ma logo bendera anak-anak klub pecinta alam di sekolah. Sisanya beberapa sih cuma iseng aja"


"Ndak tau juga nih. Beberapa hari ini aku seneng aja ngelukis serigala. Sampai2 kubelain nonton film dokumenter tentang serigala di Nat Geo Wild channel…"

kata Mawar sambil merapikan alat tulisnya.


"Iya ya., elu khan sebenarnya paling takut ama Wolverine ya kak….seremmm…".

"Guuk!...Auuuu...auuuu..hihihi...!!!"goda Indah kepada kakaknya sambil melompat ke arah kakaknya seraya melolong laiknya serigala.


"Iiih….udah ah…"kata Mawar sambil menahan senyum lalu keduanya tertawa bareng.


Mata Indah lalu menatap liontin batu kecubung hitam yang bertengger di dada mawar.


"Eh..kak, omong-omong, kalungmu itu aku seperti melupakannya. Menurut ceritamu...papa yang kasih itu ke kamu waktu masih bayi ya kak..?"


Mawar tak segera menjawab.


'He eh..kata papa sih begitu.." kata mawar sambil menundukkan kepala menatap sekilas mata kalungnya.


Sejenak keduanya terdiam.


"Oh ya, minggu depan khan sudah penyisihan tahap ke dua"

"Kamu kudu fit dan siap lho ndah. Untung aja penyisihannya bukan minggu ini.."kata mawar.


"Iya kak. Aku tahu. Aku memang harus mempersiapkan diri..."balasnya sambil tersenyum seraya mengenggan erat kedua tangan kakaknya.

Popular posts from this blog

Bokong Besar Mamaku Yang Menyejukan Jiwa ( Chapter 12 End )

Lendir Pesantren ( Part 3 )

Tetangga Kontrakan STW