Roro Inten ( Part 10 )

 Roro Inten Part 10


( Bagian Ke 4 )


Semua yang ada di dalam seperti Dalu dan perempuan muda berseragam PNS itu terkecuali Ki Benowo sontak tersentak kaget bukan kepalang mendengar teriakan keras dan serapah Adipati di malam petang itu.


Sementara Noor yang berada di luar serta menyaksikan apa yang tengah terjadi sontak terkaget.


Ia sendiri tak menyangka kaget tak dinyana-nyana ternyata Suryo Adipati bukan pria biasa yang asal congkak dan arogan namun juga memiliki 'isi" yang bukan main-main. Ia pun tak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila yang terkena jotosan Adipati tadi adalah tubuh manusia.


Dengan nafas memburu Adipati kembali mengayunkan tangannya sekali lagi ke pohon di sebelahnya dibarengi sumpah serapah dari mulutnya.


Pohon itu kembali menemui nasib yang sama dengan rekannya tadi.


Setelah dua kali jotosannya mengenai pepohonan terlihat Adipati tampak terengah-engah. Nafasnya memburu dengan muka merah padam.


"Noor, masuklah kau...percuma kau tunggu dia. Sebentar lagi dia pasti kembali..hehehe.."kata seseorang dari dalam yang bukan lain adalah si tuan rumah. Ki Benowo.


Tak berapa lama setelah Noor masuk disusul kemudian sosok Suryo Adipati sambil sedikit terengah. Mukanya yang sayu dan tampak dingin menatap tajam ke arah Ki Benowo.


"Sudahlah kakang, jangan permainkan aku. Sekarang bantu aku...bagaimana aku bisa menemukan titisan Sekar Mirah...dan secepatnya aku terlepas dari kutukan maut itu.."kata Adipati tak sabar.


"Kau betul2 egois Dimas. Sak penak udelmu ngongkon-ngongkon wong tuwo koyok Benowo.(menyuruh.red)


"Nek bukan dirimu yang duduk di hadapanku, wis awit mau tak seblat mencelat rohmu soko ragamu...alias modar..."


terdengar pelan suara Benowo sambil mukanya yang keriput tertutup rambut itu tampak kelam membesi.


Suryo Adipati yang memberanikan diri menengadahkan kepala menatap wajah Ki Benowo sontak terperanjat melihat muka Benowo yang terlihat angker.


"Perlu kau ketahui bahwa ayah dan kakekmupun sudah tahu soal ini. Namun mereka gagal mendapatkannya".


"Satu yang harus pahami bahwa Dewi Sekar Mirah adalah sosok perempuan ningrat yang memiliki aura agung yang tidak dimiliki wanita kebanyakan.


"Konon dia memiliki aura istimewa berupa pesona kecantikan yang mampu memikat dan menundukkan pria hanya dengan tatapan mata.


"Dia tidak menggunakan susuk, jimat atau sejenisnya karena dia memang dilahirkan sebagai sosok Nariswari seperti halnya Ken Dedes…"


kata Ki Benowo sambil sekilas sudut matanya melirik ke arah Noor Anggraeni yang langsung terkesiap takkala berpadu pandang dengannya.


Noor merasakan mukanya memerah dadu ketika ia merasa disindir oleh perkataan lelaki tua itu.


"Ciri lainnya adalah dia memiliki pertanda murub rahasyanipun. (menyala rahasianya.red). Kau harus menemukan perempuan dengan ciri-ciri seperti itu. Sedang mengenai apa, siapa dan bagaimana kau mendapatkannya itu adalah urusanmu.." tambah lelaki tua itu kembali.


Lama Adipati terdiam.


"Berapa waktuku yang tersisa kakang sebelum petaka itu tiba..?" tanya Adipati cemas.


Ki Benowo hanya menghela nafas.

"aku bukan tukang ramal. Aku hanya berfirasat waktumu kurang dari dua purnama lagi.."


"Tak bisakah kau memberitahu adikmu ini mengenai perempuan titisan Sekar Mirah itu kakang…! tanya Adipati lagi.


"Tolonglah aku kakang...tolonglah, kalu perlu apapun yang kakang minta akan kuberikan asalkan itu bisa membantuku terlepas dari kutukan jahanam ini…".


Ki Benowo memandang lekat ke arah sepasang Adipati yang kembali tertegun seolah ketakutan dipandang seram seperti itu.


"Sosok titisan Dewi Sekar Mirah tak berada jauh dari sini.


"Dia ada di Banyumili karena dia terikat erat dengan keberadaan Keraton Karang Taruna dan pusaka Cupu Manikmaya."


"Hanya itu petunjuk yang bisa kuberikan.."

"Saiki ndang gelis awakmu kabeh minggat soko ngarepku....!" kata Ki Benowo dengan angkernya. (Cepat kalian pergi dari hadapanku.red).


"Baik kakang. Terima kasih kakang Benowo..aku pamit.." kata Adipati lantas menjura kepada Ki Benowo.


"Eiit...tunggu dulu Dimas. Mengko dhisik Dimas Adipati sing bagus dhewe...hehehe.


"Opo kowe lali, aku yo wis pesen marang awakmu. Kalu kamu datang kemari bawalah oleh2 dari kota kepada orang tua bangkotan ini.


'Masakah kau tega minggat begitu saja tanpa meninggalkan apa-apa.


"Apalagi tadi sudah kuberitahu semua menyangkut hidup matimu...tegel tenan kowe..heh..!?

kata Ki Benowo sambil bersedekap.


Adipati selintas memberanikan diri menatap wajah lelaki tua ini.


Sungguh raut mukanya yang awut-awutan dan datar itu sulit diterka apakah permintaan tersebut sungguhan atau hanya main-main.


Ia yang menganggap dirinya orang paling dekat dengan lelaki tua itu saja tak bisa memahami jalan pikirannya apalagi orang lain.

Salah sedikit saja bisa-bisa nyawa melayang.


"Maaf, kakang Benowo...

"bukankah kau tadi bilang bahwa kau tak mau apa-apa…" kata Adipati setengah bertanya.


"Semprul..! kakeane..! cangkemmu bosok..!! rai-mu nggilani..! pelimu mambu…!!! Sopo sing ngomong ngono heh…!!??..kupingmu wis budeg po...!!!!..hehehe….."

kembali Ki Benowo berkata seenaknya sambil terkekeh-kekeh.


Mendengar itu semua membuat muka Adipati kembali memerah padam namun hanya diam.


Ia sadar dipermainkan tapi tak bisa berbuat apa-apa terhadap lelaki tua ini selain hanya menelan mentah-mentah caci maki yang terarah kepadanya. Kasihan sekali.


Apalagi Noor cs hanya terdiam menunduk menyaksikan dan mendengar Sang Bupati Banyumili diperlakukan bak keset sepatu.


"Aku ndak butuh bandhamu...aku rak butuh. Aku ora butuh mobil, ora butuh omah mewah, ora butuh duit ..aku butuhe mong siji…" kata Ki Benowo seolah menggantung ucapannya.


Adipati menunggu dengan was2 dan cemas.

("Jangan2 tua bangka ini meminta hal yang aneh-aneh…"batin Adipati).


"Aku cuma pengin macul karo nandur Adipatiiii...hehehe…"

katanya kemudian sambil tergelak.


"Aku mong njaluk karo kowe sawah utowo tegalan. Masalahe aku butuhe saiki..piye jal...!!

kata Ki Benowo pelan namun seolah menusuk jantung Adipati.


Adipati yang terkesiap lalu terdiam sesaat kemudian senyuman getir dan ragu tersungging di bibirnya.


"Kakang , bukankah di samping kanan kiri gubugmu tersedia tanah lapang begitu luasnya. Kau boleh melakukan apa saja..kau.."


"Songooonggg..!!!!....guoblook..!!!

Utekmu cupet…!!!..matamu picek…!!!!..

lha nek pacule iki kepriye arepku macul...Heh!!!

Sur..surrr…!!!..mripat nek dideleh ning silit yo koyok ngono dadine…!!..


berkata demikian Ki Benowo lalu spontan menarik kain celana panjang lusuhnya.


"Sreet... sreeettt…!!!


"Aaakhhhh….!

Popular posts from this blog

Bokong Besar Mamaku Yang Menyejukan Jiwa ( Chapter 12 End )

Lendir Pesantren ( Part 3 )

Tetangga Kontrakan STW