Roro Inten ( Part 10 )
Roro Inten Part 10
( Bagian Ke 5 )
Jerit tertahan keluar seketika dari mulut kedua perempuan yang ada di ruangan itu. Noor Anggraeni dan perempuan muda berseragam PNS itu sedangkan mata Adipati dan Dalu mendelik dengan mulut terperangah.
Kedua pria itu tak mempercayai penglihatannya. Noor dan si perempuan itu tampak menutup muka dengan kedua tangannya.
Saat ini terlihatlah sosok tua Ki Benowo dalam posisi duduk mengangkang.
Tidak ada yang berubah dari dirinya kecuali satu..bagian selangkangannya!
Selangkangannya yang tidak tertutup sehelai kain itu memperlihatkan perut dan pinggang sosok tua dengan kulit kering keriput.
Sungguh pemandangan yang tak sedap dilihat.
Namun ada sesuatu yang membuat sepasang mata Adipati dan Dalu tak berkesip memandangnya.
Sebuah benda besar hitam tampak menggantung di tengah selangkangan lelaki tua itu.
Benda itu perlahan seperti nge-per mengangguk. Lalu naik sedikit demi sedikit kemudian menjulang tinggi hampir sama rata dengan perutnya yang keriput.
Sebuah pemandangan yang mengejutkan semua yang hadir termasuk Adipati.
"Ituu…"lirih Adipati menatap seolah tak percaya penglihatannya.
Ki Benowo, lelaki tua yang laiknya sudah berusia 70 tahunan ternyata memiliki pusaka yang sungguh luar biasa.
Dokter spesialis kelamin lulusan terbaik Harvard sekalipun akan dibuat takjub dan bisa jadi akan membuat jurnal penelitian ilmiah tentang ini.
Kontol lelaki tua ini mengacung tegak ngaceng besar panjang dan kekar berurat. Bentuk dan ukurannya dahsyat. Kurang lebih sama besar dengan milik Nyoto.
Sangat kontras dengan sosok si kakek yang rada pendek dan kurus keriput.
Sungguh di luar akal sehat. Menakjubkan.
Adipati menghela nafas. Ia paham maksud lelaki tua ini.
*Aku mudeng karepmu kakang. Kalu begitu nanti kukirimkan orang membawakan perempuan pilihan untukmu.."kata Adipati.
"Hehehe…..kowe jan budeg tenan. Aku njaluk saiki kok malah sesuk-sesuk…"kekeh Benowo.
(Kamu memang tuli. Aku minta sekarang kok malah besok.red).
Raut muka Adipati seketika mengkerut mendengarnya. Sepertinya lelaki tua ini tidak bisa diajak kompromi.
Ia sedikit berpikir keras beberapa saat.
Lalu tiba-tiba Ki Benowo menyahut lagi.
"Gitu aja kok repot. Ndak usah dipikir njlimet. Bukankah ada 2 perempuan bersamamu.
"Aku njaluk salah siji ae kanggo ngancani aku ning kene barang sehari dua hari...piye heh..?!" tanya Ki Benowo mendesak.
(Aku minta salah satu buat nemenin.red)
Adipati terhenyak mendengar permintaannya.
"Kakang, kalu Noor..akuuu…"ucapan Adipati seketika terputus manakala melihat Benowo menggelengkan kepala.
"Wong wedok Lont* seperti dia aku ora doyan. Biso-biso manukku malah keno "sipilis".
"Aku njaluk sing sebelahe wae sing ayu, manis, semok lan denok deblong kuwi..!
"piye cah ayu…gelem tho ngancani aku...hehehe!!!
tawa Ki Benowo membahana seraya pandang matanya mengarah ke perempuan muda sebelah Noor yang berpakaian PNS.
Sementara muka Noor Anggraeni seketika memerah mendengar perkataan pria tua itu. Seperti halnya Adipati, ia hanya diam saja.
Namun beda dengan respon si perempuan muda berseragam PNS itu yang sontak pucat pasi.
Sebentar ia memandang ke arah Adipati lalu kepada Noor Anggraeni. Keduanya terlihat terdiam sambil balik memandang ke arahnya dengan pandangan penuh arti.
Adipati menghela nafas kembali.
"Apa boleh buat Rum, kau tinggal disini menemani kakang Benowo. Besok lusa aku suruh Dalu atau siapa nanti untuk menjemputmu…"kata Adipati lagi.
Rum terperanjat mendengarnya. Wajahnya semakin pucat lalu sebentar ia melirik ke arah selangkangan pria tua yang tampak jorok itu.
Batang penisnya yang besar , panjang nampak kaku berurat dengan kantong pelirnya menggantung besar pertanda reservoar air maninya telah melebihi ambang batas.
"Tidaaakk…!!!...
mendadak Rum menjerit lalu seketika bangun dari duduknya lalu berusaha berlari ke arah pintu keluar.
Namun hanya tinggal selangkah lagi kakinya menapak pintu keluar...mendadak tubuhnya seolah terpantek. Menegang kaku dan tak bisa digerakkan.
"Mau kemana cah ayu..? hehehe...
"mau tak kasih sing enak kok malah mlayu.."kekeh Ki Benowo.
"Nek sing jenenge Ki Benowo wis duwe karep...tidak ada yang bisa menolak..hehehe…" kata pria tua itu lagi seraya tangannya mengayun.
(Kalu yang namanya Ki Benowo sudah punya keinginan.red).
"Kemari cah manis…!
"Ora usah wedi...ndak perlu takut...aku ora bakal nyokot gulumu koyok drakula.
"Aku mung arep nyokot pentilmu wae......hehehe...." suara tawa seraknya kembali terdengar bak suara setan dari belantara.
Noor sebagaimana seorang perempuan dapat merasa apa yang akan dialami oleh perempuan bernama Rum ini.
Tak ayal membayangkannya membuat jantungnya berdegup kencang dan bagian alat kelaminnya mendadak...basah.
Bersamaan ayunan tangan Benowo, tubuh perempuan muda berseragam PNS itu sontak seperti tertarik oleh suatu yang tak kelihatan.
Mundur teratur setapak demi setapak alias berjalan mundur membelakangi masuk ke dalam ruangan tadi!
"Tidaaak...aku tidak mauu…!!
"Pak Adipati….tolonggg paaakk..!! terdengar jeritnya mulai terdengar pilu.
Adipati hanya menatap nanar tak bergerak. Dalu dan Noor apalagi.
Mereka bertiga seolah terpaku sambil menanti kira2 pertunjukan apa yang akan mereka saksikan.
Sebentar kemudian si perempuan begitu sampai di depan Benowo....tubuh si perempuan itu seketika berputar balik langsung berhadapan dengan pria tua yang bertelanjang dari pinggang ke mata kaki dengan jarak hanya selangkah.
Ia berusaha memejamkan mata tak ingin melihat pemandangan porno di depannya ini.
Tapi anehnya…sepasang matanya tak bisa ia pejamkan. Ia seperti dipaksa oleh satu kekuatan misterius di luar kehendaknya untuk terus menatap penis si kakek tua yang kini terlihat begitu keras dan tegak berwarna merah gelap tanda aliran darahnya telah memenuhi sekujur urat syaraf di batang kejantanannya.
"Siapa namamu nduk…? tanya kakek itu sambil menatap tajam ke arahnya.
Si perempuan berusaha untuk mengatupkan mulutnya. Tak ingin menjawab pertanyaan itu.
Namun tanpa ia bisa kendalikan, bibirnya lirih mengucap sebuah nama.
"Rumiyati…"
jawabnya sambil merasakan sekujur tubuhnya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan.
"Apa pekerjaanmu sehari-hari Rum…?
"Saya...sebagai...staf sekretariat…Bupati Suryo Adipati…"katanya sambil terbata.
"Ooo... pantesan.
"Selerane Adipati jebule podo karo aku senenge karo wong wadon sing dedege sedheng nenggih waringin sungsang.
"Gede duwur koyok Dewi Arimbi bojone Werkudara namung montok tur bahenol. Jan mantep tenan.
Marai kontol ngilu tambah sangsoyo ngaceng….hehehe. Mantep...mantep...hehehe," kata kakek Benowo lagi dengan lagak santai.
Kali ini ia menyandarkan punggungnya sambil tetap mengangkang.
"Rumiyati...Rumiyati...."
desah Ki Benowo perlahan sambil mengusap dagunya yang berjenggot lebat mbrangas.
Senyuman tipis penuh arti tersungging di bibirnya yang tertutup kumis begitu lebat dan penuh tak terawat.
Matanya yang sayu dan cekung menatap sekujur tubuh Rumiyati yang berdiri kaku laksana patung dengan kedua tangannya menjuntai begitu saja di kanan kiri sisinya
Rumi diam berdiri terpaku hanya wajahnya yang terlihat pucat dan matanya tampak ketakutan. Sedangkan bibirnya yang tipis dan merah basah sedikit membuka tapi tidak ada suara apapun yang keluar dari bibirnya.
Ki Benowo menatap kembali sejenak wanita berusia sekitar 28 tahun ini. Dengan tubuh terhitung tinggi dan besar berisi sekitar 167 cm dan berat 60 kg. Berkulit kuning langsat dengan body montok dan padat berisi.
Rambut lurus panjang sepunggung. Lehernya jenjang dan mulus.
Wajah bulat cukup manis dengan tatapan yang sayu menggoda.