Preman Masuk Pesantren Part 34
Preman Masuk Pesantren Part 34
( 34. Sebuah Janji Terlarang )
"Nyai, serius?" tanyaku lesu, menurut apa yang kuketahui anak hasil hubungan sedarah kemungkinan 40% akan lahir cacat.
Apa anakku juga akan mengalami hal yang sama, mewarisi gen cacat kami ketika lahir atau mempunyai penyakit langka seperti yang pernah kubaca. Artikel inilah yang aku baca :
1. Albinisme
Albinisme adalah suatu kondisi di mana tubuh Anda kekurangan melanin, zat pewarna rambut, mata dan kulit.
Seorang albino (sebutan bagi mereka yang memiliki albinisme) cenderung memiliki warna mata terang, serta kulit dan rambut sangat pucat bahkan hampir putih susu, bahkan jika mereka berasal dari etnis yang berkulit gelap.
Albinisme adalah penyakit resesif autosomal, yang berarti bahwa ketika dua orang dengan kode genetik sama berkembang biak, peluang anak-anak mereka jadi semakin besar untuk mewarisinya.
Tidak semua orang albino adalah produk dari perkawinan sedarah. Tapi praktik inses antara sepupu dekat, saudara kandung, dan orang tua-anak kandung beresiko sangat tinggi untuk mewarisi masalah ini di keturunannya nanti.
Alasannya, besar kemungkinannya pasangan Anda (yang merupakan kakak atau adik Anda, misalnya) membawa jenis gen rusak yang sama karena diturunkan dari orangtua Anda berdua.
Artinya Anda berdua sama-sama membawa gen pembuat melanin yang rusak dan memiliki 50 persen peluang untuk mewariskan gen rusak pada anak Anda, sehingga nanti keturunan Anda selanjutnya memiliki 25 persen peluang risiko albinisme — tampak remeh, namun angka ini sebenarnya sangat tinggi.
2. Fumarase Deficiency (FD)
Defisiensi fumarase (FD), dikenal juga sebagai poligamist's down, adalah gangguan yang khususnya mempengaruhi sistem saraf otak.
Kondisi cacat lahir ini menyebabkan pengidapnya menderita kejang tonik-klonik, keterbelakangan mental, dan seringnya memiliki kelainan fisik — mulai dari bibir sumbing, club foot alias kaki pengkor, hingga skoliosis.
Keterbelakangan mental yang dialami tergolong sangat berat, IQ hanya mencapai 25, kehilangan bagian tertentu pada otak, tidak bisa duduk dan/atau berdiri, kemampuan berbahasa yang sangat minim atau bahkan nol.
Anak hasil inses yang memiliki FD juga mungkin mengidap microcephaly. Microcephaly adalah kondisi neurologis langka yang ditandai dengan ukuran kepala bayi yang sangat jauh lebih kecil dari kepala anak-anak lain di usia dan jenis kelamin yang sama.
Selain itu, ia juga memiliki struktur otak yang abnormal, keterlambatan perkembangan parah, kelemahan otot (hipotonia), gagal tumbuh, pembengkakan hati dan limpa, kelebihan sel darah merah (polisitemia), jenis kanker tertentu, dan/atau atau kekurangan sel darah putih (leukopenia).
Tidak ada pengobatan efektif yang tersedia untuk defisiensi fumarase. Individu dengan FD biasanya hanya dapat bertahan hidup beberapa bulan saja. Hanya segelintir dari penyintas FD yang dapat hidup cukup lama sampai tahap dewasa muda.
3. Habsburg Jaw
Habsburg Jaw, juga dikenal sebagai Habsburg Lip dan Austrian Lip, adalah kondisi cacat fisik bawaan dengan ciri-ciri rahang bawah menonjol keluar dan diikuti oleh penebalan bibir bawah ekstrem, dan memiliki ukuran lidah yang luar biasa besar — yang biasanya menyebabkan pengidapnya ngiler berlebihan.
Dalam dunia medis modern, Habsburg Jaw dikenal sebagai mandibular prognathism.
Maloklusi (penyimpangan rahang atas dan bawah) yang diakibatkan oleh kondisi ini menyebabkan cacat fungsi rahang, ketidaknyamanan dalam mengunyah, masalah pencernaan, dan kesulitan berbicara sehingga sulit untuk dimengerti.
Individu yang memiliki kondisi ini dilaporkan juga mengalami keterbelakangan mental dan fungsi motorik yang hampir nol besar.
Jejak awal Habsburg Jaw diyakini berasal dari keluarga bangsawan Polandia, dan orang pertama yang dikenal mengidap kondisi ini adalah Maximilian I, kaisar Romawi Suci yang memerintah dari 1486 hingga 1519.
Keluarga kerajaan zaman dulu kerap mempraktikkan perkawinan sedarah untuk melindungi keturunan darah bangsawan murni di pohon keluarganya.
4. Hemofilia
Hemofilia tidak secara spesifik merupakan hasil dari perkawinan sedarah, namun inses dipandang sebagai penyebab tingginya insiden penyakit bawaan ini di banyak keluarga kerajaan Eropa.
Jika ada perempuan yang menderita penyakit ini dalam keluarga Anda, maka perkawinan sedarah dalam keluarga patut untuk dicurigai sebagai faktor risikonya. Hemofilia adalah kondisi yang disebabkan oleh kecacatan pada gen yang memungkinkan pembekuan darah.
Hemofilia merupakan contoh dari penyakit X-linked, karena gen yang cacat merupakan gen dari kromosom-X. Wanita memiliki dua pasang kromosom X sementara pria hanya memiliki satu kromosom X dari ibunya.
Seorang pria yang mewariskan salinan gen hemofilia cacat akan menderita penyakit ini, sementara keturunan wanita harus mewarisi dua pasang gen cacat untuk bisa mengidap hemofilia.
Keturunan hasil inses akan mewarisi dua salinan dari gen rusak yang diturunkan dari ibunya.
5. Philadelphoi
Kata “Philadelphoi” yang berarti “cinta saudara” berasal dari bahasa Yunani kuno, digunakan sebagai julukan yang diberikan kepada kakak-adik Ptolemy II dan Arsinoe yang terlibat dalam hubungan inses.
Meski begitu, Philadelphoi tidak tercatat sebagai kondisi medis resmi dan berbeda dari penyakit Philadelphia Chromosome (Ph).
Keluarga kerajaan Mesir kuno hampir selalu diwajibkan untuk menikah dengan saudara kandung mereka, dan hal ini terjadi hampir di setiap dinasti.
Tidak hanya pernikahan kakak-adik kandung, namun juga “pernikahan double niece”, di mana seorang pria menikahi seorang gadis yang orangtuanya adalah kakak atau adik dari pria tersebut.
Tradisi perkawinan sedarah ini dipelihara karena mereka percaya bahwa dewa Osiri mengawini adiknya sendiri, Iris, untuk menjaga kemurnian keturunan. Tutankhamen, alias King Tut, adalah hasil dari hubungan incest antara kakak-adik.
Diduga pula bahwa istrinya, Ankhesenamun, merupakan adik (entah kandung atau angkat) atau keponakannya sendiri.
Akibat perkawinan sedarah ini, tingkat bayi yang lahir mati tergolong tinggi dalam keluarga kerajaan, begitu pula dengan cacat lahir dan kelainan genetik bawaan.
King Tut sendiri memiliki beragam kondisi yang diakibatkan dari keterbatasan variasi kode genetik gen dari hubungan inses orangtuanya.
King Tut dilaporkan memiliki bentuk tengkorak yang memanjang, bibir sumbing, tonggos (gigi depan atas lebih menonjol daripada gigi depan bawah), kaki pengkor (club foot), kehilangan salah satu tulang dalam tubuhnya, dan skoliosis — semua “paket” kondisi ini disebabkan, atau justru diperburuk, oleh hubungan inses.
Tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku tidak mau anakku menanggung dosa dari perbuatan ke dua orang tuanya, cukup kami yang menanggung dosa tersebut.
"Aku serius Sayang, aku bersedia pergi mengikutimu kemanapun kamu akan membawaku." jawab Nyai Nur membuatku bahagia, akhirnya aku akan bisa memiliki Ibuku dalam situasi yang berbeda. Biarlah rahasia ini akan tetap tersimpan rapat dalam hatiku.
Tapi kebahagianku sedikit terusik dengan kehadiran janin yang berada dalam kandungan Nyai Nur, apa dia akan menjadi tumbal dari perbuatan bejat kami? Yaa Tuhan, kenapa perbuatan kami harus menghasilkan janin yang kini hidup dalam rahim ibuku, adik dan sekaligus anakku? Apakah ini sebuah peringatan atau azab untuk kami?
"Nyai akan ikut aku, ke mana?" perlahan, aku bangkit dari atas tubuh Nyai Nur, kontolku terlepas dari jepitan memeknya, lobang yang kulalui saat pertama kali menghirup udara kebebasan. Tempat yang sama akan segera dilalui anakku, lahir dari rahim ibu dan juga neneknya.
"Ke mana saja kamu pergi, Zaka." jawab Nyai Nur berbalik memeluk diriku seakan dia tidak mau kehilangan diriku, seperti halnya dengan diriku yang tidak mau kehilangan dirinya. Kami saling berpelukan, hal yang tidak pernah kami lakukan sebagai seorang anak dan ibu kandungnya.
Tiba tiba aku teringat dengan surat dari Nyai Jamilah, apa Nyai Nur tahu apa yang sedang dialami Nyai Jamilah sehingga dia ingin meninggalkan Pondok? Bukankah di Pondok, Nyai Jamilah mendapatkan status yang sangat dimuliakan?
"Nyai, apa pernah Nyai Jamilah bercerita kenapa dia mau meninggalkan pondok?" tanya ku berhati hati agar Nyai Nur tidak merasa terganggu dengan pertanyaanku, konon wanita sangat sensitif saat kita membicarakan wanita lain saat sedang bersamanya apa lagi saat kita sedang di atas ranjang, itu bisa menimbulkan perang dunia ke tiga. Aku tidak mau kehilangan Nyai Nur, apapun alasannya.
"Kenpa kamu tiba tiba menanyakan Nyai Jamilah, ada hubungan apa kamu dengan Nyai Jamilah?" tanya Nyai Nur, di melepaskan pelukannya.
Duduk menghadap ke arahku dengan memeluk dengkul sehingga aku bisa melihat memeknya yang menggoda, ada sisa sisa spermaku yang menetes dari memeknya dan membasahi selangkangannya.
Aku jadi ingat Teh Euis dan Kang Jaja. Kang Jaja sangat menyukai pejuhku yang keluar dari memek Teh Euis. Dan aku tersenyum bahagia melihat pejuhku merembes keluar dari memek ibu kandungku sendiri.
"Eh aku hanya merasa aneh, kenapa Nyai Jamilah tiba tiba ingin pergi dari pondok..!" jawabku gugup, .apa Nyai Nur merasa cemburu karena aku menyinggung masalah Nyai Nur? Semoga tidak, perhatianku lebih tertuju ke memek Nyai Nur, melihat sisa sisa pejuhku.
"Hihihi, kok kamu ketakutan begitu?" tanya Nyai Nur membelai pipiku dengan lembut. Aku menarik nafas lega karena Nyai Nur tidak merasa terganggu dengan pertanyaanku.
"Aku nggak ketakutan !" jawabku berusaha menyembunyikan raut wajahku di balik kaki Nyai Nur, aku menciumi betisnya yang mulus dan jenjang sambil mempermainkan itilnya yang mencuat indah.
"Och, kamu nakal, Sayang. Nyai Jamilah takut Gus Mir akan kembali memaksanya untuk jadi istri muda, seperti yang pernah dilakukannya dulu sebelum Nyai Jamilah menikah dengan Mbah Kholil." jawaban Nyai Nur membuatku terkejut, pantas Nyai Jamilah bersikeras meninggalkan pondok.
Aku menatap Nyai Nur yang tersenyum menatapku, tatapan lembut yang selama ini sangat aku rindukan.
"Och begitu, tapi menurut fiqh itu tidak diperbolehkan ?" tanyaku heran, kenapa Kyai Amir berusaha melanggar atau justru menutup mata dengan hal itu.
"Jangan bicara fiqh, itu hanya kedok Gus Mir. Kamu belum kenal wajah aslinya, kadang aku ingin pergi meninggalkannya." jawab Nyai Nur berusaha tersenyum, senyum yang terasa sangat pahit. Dia mengusap wajahku, matanya berkaca kaca, entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Aku akan membawa Nyai ke manapu Nyai mau, aku janji." jawabku antusias, dia adalah milikku dan akan menjadi milikku selamanya.
"Hihihi, aku hanya bercanda, tidak mungkin pergi meninggalkan Pondok ini." jawaban Nyai Nur membuatku terpukul, mimpi indah itu hancur berantakan.
"Jadi begitu, alasan Nyai Jamilah menikah dengan Mbah Kholil adalah cara agar tidak diperistri Kyai Amir?" tanyaku geram, berusaha mengalihkan perasaanku. Aku tidak pernah menyangka, ternyata Kyai Amir lebih gila dibandingkan yang kusangka.
"Seperti itulah kenyataannya, Zak. Kita harus mencari cara untuk terbebas dari Gus Mir, bagaimanapun caranya." Nyai Nur menatapku lembut, bibirnya yang sensual tersenyum indah, senyum terindah yang pernah aku lihat.
Aku menatap Nyai Nur, berusaha mencari kesungguhan ucapannya dari sorot mata, bukankah mata tidak pernah berdusta. Harapanku kembali muncul, aku akan bisa memilikinya, seutuhnya dan selamanya.
"Bagaimana caranya, Nyai?" tanyaku pelan, aku belum tahu harus mulai dari mana. Justru Nyai Nur yang mulai memberiku saran, walau aku belum tahu saran apa yang akan disampaikannya padaku tapi itu sebuah titik terang yang membuatku tidak merasa sendirian, ada Nyai Nur yang akan membantuku.
"Kita harus melibatkan Nyai Jamilah dalam rencana ini, aku tidak mungkin terjun langsung." jawab Nyai Nur membuatku merasa heran, kenapa harus melibatkan Nyai Jamilah?
"Kenapa kita membutuhkan Nyai Jamilah dalam rencana, ini?" tanyaku.
"Karena aku ingin kamu menikahi Nyai Jamilah, dia bisa membantumu untuk hidup lebih baik." jawaban Nyai Nur membuatku kaget, kenapa dia menginginkan ku menikah dengan Nyai Jamilah? Apa dia mau menyingkirkan aku dari hidupnya, sama saat dia terpaksa membiarkan ayah membawaku pergi.
Tidak, aku tidak mau kehilangan Nyai Nur ( ibuku ) lagi. Aku berhak memiliki Nyai Nur seutuhnya, walau aku harus menikahinya.
"Kenapa Nyai menyuruhku menikahi Nyai Jamilah, bukankah sebentar lagi aku akan menikah dengan Shinta?" aku duduk dan menatap wajah Nyai Nur dalam jarak yang sangat dekat. Aku tidak mau kembali kehilangan Nyai Nur dalam hidupku, aku tidak peduli sebagai apa.
"Tidak masalah, walau kamu punya empat orang istri kalau Nyai Jamilah tidak keberatan untuk menjadi salah satu istri kamu." jawab Nyai Nur tenang, dia membalas tatapanku dengan lembut.
"Kenapa bukan Nyai yang menjadi salah satu istriku, Nyai bisa minta cerai dari Kyai Amir? Bukankah Nyai yang memintaku membawa Nyai pergi karena Nyai tidak mau kehilangan anak kita, aku bersedia membawa Nyai pergi ke manapun Nyai mau." aku menatap penuh harap, Nyai Nur harus tahu aku tidak mau kehilangan dirinya.
"Hihihi, tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi. Kamu tidak bisa menikahiku, karena...!" Nyai Nur mengakhiri perkataannya, dia mencium bibirku dengan lembut dan hangat.
Aku balas menyambut ciumannya dengan hangat, Nyai Nur berhasil mengalihkanku dengan gairahnya. Mencumbuku dengan penuh bernafsu lebih bernafsu dari biasanya. Tanganku tidak bisa diam, meremas payudara Nyai Nur, payudara yang seharusnya menjadi milikku.
"Nyai belum menjawab pertanyaan ku, kenapa kita tidak bisa menikah kalau Nyai sudah bercerai dengan Kyai Amir?" tanyaku setelah kami puas berciuman, ciuman yang berhasil menguras energi dan pikiranku.
"Suatu saat kamu akan tahu, sekarang yang harus kita pikirkan bagaimana caranya menjebak Gus Mir seperti rencana Kang Jaja dan Nyai Euis, bukankah hal itu yang menyebabkan kamu kembali ke Pondok?" jawaban Nyai Nur yang diakhiri pertanyaan membuatku sangat terkejut, apakah Nyai Nur sudah tahu kalau aku adalah anak kandung yang sudah dibuangnya?
"Nyai ta tahu itu?" tanyaku dengan suara bergetar, aku menatap Nyai Nur yang tertawa kecil melihatku.
"Nanti kita bicarakan hal itu, anakku. Sekarang aku ingin memberimu kehangatan yang tidak pernah kuberikan kepadamu sebelumnya.
Sayang sekali, ASI ku sudah kering sehingga kamu tidak bisa mencicipinya." bisik Nyai Nur membuatku terpaku, ternyata dia tahu aku adalah anaknya.
"Nyai tahu akkkku...!" Nyai Nur melumat bibirku sehingga aku tidak bisa meneruskan perkataanku.
Antara ragu dan was was, aku membalas ciuman Nyai Nur, biarlah aku tanyakan nanti, saat ini aku lebih tertarik menggumuli tubuh indahnya yang menawarkan sejuta kenikmatan maksimal.
Aku mendorong Nyai Nur agar rebah sehingga aku bisa mendominasi permainan, memanjakan tubuhnya dengan lidahku sebagai bentuk ekspresi kerinduan selama puluhan tahun.
Aku mulai menciumi lehernya yang jenjang, bau keringatnya yang membuatku merasa nyaman dan bahagia, Tuha ini adalah Ibu yang sempat Kau renggut dalam kehidupanku dan kini telah Kau kembalikan lagi.
"Ochhh nikmat, Sayang. Puaskan dahagamu, lakukan yang ingin kamu lakukan. Hukum Ibu yang sudah meninggalkanmu, yang tidak bisa memberikanmu kasih sayang." rintih Nyai Nur semakin memperkuat dugaanku, dia tahu aku adalah anaknya.
Sepertinya selama ini dia saling bertukar informasi bahkan mungkin dia menjalin kerja sama dengan Teh Euis dan Kang Jaja.
Aku tidak perduli, aku hanya ingin menikmati payudara pertama yang aku lihat sesaat aku lahir ke dunia fana ini, tapi apakah aku sempat melihatnya atau bahkan sama sekali belum pernah melihatnya karena mata setiap bayi yang baru lahir belum melihat. Tapi setidaknya aku pernah meraba dan mencium bau tubuhnya waktu itu?
"Bu, apakah aku pernah menyusu atau menyentuh payudaramu waktu bayi, walau hanya sesaat?" tanyaku ingin tahu. Semuanya sudah terbuka, tidak ada lagi tirai rahasia di antara kami.
"Hanya tiga hari, setelah itu ayahmu membawamu pergi dari hadapanku." jawab Nyai Nur, air matanya terusik oleh pertanyaanku. Mengalir deras tanpa dapat dicegah.
"Hanya tiga hari, tapi setidaknya aku sempat merasakan ASI yang keluar dari payudaramu walau hanya dalam waktu yang singkat. Ibu tahu aku adalah anakmu, dari mana Ibu mengetahuinya?" tanyaku lagi, tanganku terus meremas payudaranya dengan lembut.
Aku tidak mau kehilangan payudara Nyai Nur, aku harus memilikinya dan tidak boleh ada pria lain kembali menyentuhnya.
"Aku menjalin hubungan dengan Nyai Euis, bahkan kami seperti saudara karena mempunyai nasib sama.
Aku dan Euis memang berencana memenjarakan Kyai Amir tanpa membuka aib kami atau dengan kata lain tidak melibatkan kami." jawab Nyai Nur, dia membelai wajahku, dan aku baru menyadari perlakuannya seperti seorang ibu kepada anaknya.
"Lalu?" aku balas menatap Nyai Nur yang rebah terlentang di bawahku, aku tidak pernah bosan menatap wajahnya dan tidak akan pernah bosan walau wajahnya akan menjadi keriput, rambut hitam legamnya akan berubah warna menjadi putih.
"Kebetulan, salah satu alasan Nyai Euis dikirim ke sini adalah karena terlibat cinta terlarang dengan saudara kandungnya.
Kehadiran Nyai Euis ternyata menarik perhatian Gus Mir sehingga akhirnya Gus Mir menikahinya dan memperlakukan Nyai Euis seperti yang dilakukannya kepadaku.
Memaksa Nyai Euis melayani santri lain untuk memuaskan obsesi Gus Mir yang menyimpang hingga akhirnya Gus Mir hamil dan anaknya dititipkan ke seseorang yang tidak dikenalnya.
Merasa tidak tahan, Nyai Euis meminta cerai seminggu setelah orang tuanya wafat dalam sebuah kecelakaan. Dan akhirnya Nyai Euis menikah dengan kakak kandungnya yang bernama Jaja, seorang Perwira Polisi."
"Mereka saudara kandung Nyai, bagaimana bisa mereka menikah?" tanyaku memotong cerita Nyai Nur. Ternyata mereka selama ini berhubungan sangat akrab, jaman sekarang hal itu sangat memungkinkan. Sebuah HP, tidak mengenal jarak.
"Ya, tapi bukan itu yang ingin aku bahas. Kami punya rencana besar memenjarakan Gus Mir, rencana yang sudah kami susun masih terkendala oleh banyak hal, terutama kami tidak mau kelakuan Gus Mir yang terobsesi melihat istri istrinya dijadikan alat untuk itu.
Itu aib, dan kami tidak mau kalau sampai aib itu tersebar apa lagi zaman sekarang, sebuah berita akan tersebar ke pelosok negeri. Kami tidak mau hal itu terjadi.
Dan hal yang paling penting dari semua itu, Nyai Euis dan Kang Jaja bersedia membantuku menemukan anakku dan mempertemukanku dengan nya, anak itu adalah kamu, tes DNA sudah memastikan itu." jawab Nyai Nur membuatku terkejut, ternyata dia sendiri meminta bantuan Kang Jaja menemukanku, entah bagaimana caranya Kang Jaja bisa menemukanku bahkan melakukan tes DNA yang tidak aku sadari.
Dan aku juga mulai mengerti, kenapa Nyai Nur bisa bertahan tetap menjadi istri Kyai Amir, alasannya sudah sangat jelas. Semuanya kembali pada aib mereka dan aku setuju dengan pendapat tersebut, aku tidak mau ibuku harus menanggung malu seumur hidup, hal yang sangat mengerikan.
"Nyai...!" jari telunjuk Nyai Nur menyentuh bibirku.
"Aku punya satu permintaan, tolong kabulkan !" seru Nyai Nur, pandangan matanya mampu menyihir kesadaranku.
"Panggil aku Ibu saat kita sedang berdua, jadikan aku sebagai istri walau tanpa ikatan resmi agar kamu bebas memilikiku seutuhnya. Memilikiku sebagai ibu dan sekaligus sebagai istri, kamu mau kan melakukannya?" tanya Nyai Nur, seperti mengerti isi pikiranku. Permintaan yang membuatku merasa bahagia.
"Aku janji, Bu." jawabku tegas. Akhirnya aku bisa memiliki bagian jiwaku yang hilang, aku bisa memiliki sesuatu yang aku rindukan seumur hidupku.
"Terimakasih, anakku Sayang, Suami yang aku cintai...!" seru Nyai Nur, tangannya meraih kepalaku ke arah dadanya dan mendekapnya begitu erat sehingga aku merasakan detak jantungnya yang tidak beraturan.
Aku bisa mencium bau payudaranya, payudara yang sekarang sudah sah menjadi milikku. Aku menarik nafas panjang, memenuhi rongga dadaku dengan bau tubuh Ibu yang baru saja kumiliki.
“Terimakasih Sayang, Ibu bahagia akhirnya kamu kembali ke dalam pelukan ibu.” bisik Nyai Nur.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Keesokan harinya, aku sengaja menunggu Nyai Jamilah di bawah pohon. Aku yakin, tempat ini akan menghindari kami dari fitnah saat kami mengobrol. Semua penghuni Pondok tahu dan menganggap kami sebagai saudara sepupu.
"Ada apa, Nyai?" tanyaku kaget melihat Nyai Jamilah yang datang dengan wajah sembab, sepertinya dia habis menangis.
"Bawa aku pergi, kamu suamiku sudah sewajarnya aku ikut denganmu.!" jawab Nyai Jamilah membuatku terpaku heran, apa yang sebenarnya terjadi?
"Nanti dulu Nyai, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku gelisah. Apakah ini ada hubungannya dengan Kyai Amir yang tiba tiba pergi meninggalkanku dengan Nyai Nur semalam?
"Akku sudah tidak tahan lagi, aku ingin secepatnya meninggalkan tempat ini sebelum aku mengambil jalan pintas yang dilaknat oleh Allah...!" seru Nyai Jamilah membuatku bergidik ngeri.
Bersambung....
Terimakasih sudah berkenan meramaikan thread ane yang sederhana, komentar para pembaca selalu membuat ane termotivasi untuk terus berkarya di sela sela kesibukan mencari seliter beras.
Terakhir diubah: 14 Dec 2018
LikeCendol Reactions:Multiversecrot, mas_ciscake, IlhamGodReal, dan 13 lainnya
Idjonkshan23
Idjonkshan23
Semprot Holic
14 Dec 2018
#5.046
Pertamax .....
Like Reactions:0.iks.0 dan L-co
I
IQsemper
Semprot Kecil
14 Dec 2018
#5.047
Waw...
Lite nih....
Like Reactions:0.iks.0 dan L-co
Tryvenn
Tryvenn
Guru Semprot
14 Dec 2018
#5.048
Hore update
Terima kasih suhu
Apakah Nyai Nur benar2 hamil anaknya Zaka? Bahasan mengenai bahayanya incest terlalu ilmiah, mohon maaf saya skip aja.. wkwkwk..
Terakhir diubah: 14 Dec 2018
Like Reactions:0.iks.0 dan L-co
Ancukerr
Ancukerr
Pertapa Semprot
14 Dec 2018
#5.049
Makasih dh up om
Sllu sht, jg kshtan dan rutin up om
Hohoy
Like Reactions:0.iks.0
Lemek
Lemek
Pendekar Semprot
14 Dec 2018
#5.050
rockerterong said:
Tiket....Tiket...yg kehabisan tiket silahkan pesan di warung kopi terdekat.
Tolong sekalian pesanin ane kopi susu bikinan nyai Nur/ nyai Jamilah ya gan..:D:pandapeace:
Like Reactions:0.iks.0 dan rockerterong
Luxury 138
preman_heuceut
preman_heuceut
Guru Semprot
14 Dec 2018
#5.051
akhirnya apdet juga
Like Reactions:0.iks.0 dan kelana678
I
IQsemper
Semprot Kecil
14 Dec 2018
#5.052
Waw...
Lite nih....
Like Reactions:0.iks.0
Tolcengmbes
Tolcengmbes
Adik Semprot
14 Dec 2018
#5.053
satria73 said:
34. Sebuah Janji Terlarang
"Nyai, serius?" tanyaku lesu, menurut apa yang kuketahui anak hasil hubungan sedarah kemungkinan 40% akan lahir cacat. Apa anakku juga akan mengalami hal yang sama, mewarisi gen cacat kami ketika lahir atau mempunyai penyakit langka seperti yang pernah kubaca. Artikel inilah yang aku baca :
1. Albinisme
Albinisme adalah suatu kondisi di mana tubuh Anda kekurangan melanin, zat pewarna rambut, mata dan kulit. Seorang albino (sebutan bagi mereka yang memiliki albinisme) cenderung memiliki warna mata terang, serta kulit dan rambut sangat pucat bahkan hampir putih susu, bahkan jika mereka berasal dari etnis yang berkulit gelap.
Albinisme adalah penyakit resesif autosomal, yang berarti bahwa ketika dua orang dengan kode genetik sama berkembang biak, peluang anak-anak mereka jadi semakin besar untuk mewarisinya.
Tidak semua orang albino adalah produk dari perkawinan sedarah. Tapi praktik inses antara sepupu dekat, saudara kandung, dan orang tua-anak kandung beresiko sangat tinggi untuk mewarisi masalah ini di keturunannya nanti.
Alasannya, besar kemungkinannya pasangan Anda (yang merupakan kakak atau adik Anda, misalnya) membawa jenis gen rusak yang sama karena diturunkan dari orangtua Anda berdua. Artinya Anda berdua sama-sama membawa gen pembuat melanin yang rusak dan memiliki 50 persen peluang untuk mewariskan gen rusak pada anak Anda, sehingga nanti keturunan Anda selanjutnya memiliki 25 persen peluang risiko albinisme — tampak remeh, namun angka ini sebenarnya sangat tinggi.
2. Fumarase Deficiency (FD)
Defisiensi fumarase (FD), dikenal juga sebagai poligamist's down, adalah gangguan yang khususnya mempengaruhi sistem saraf otak.
Kondisi cacat lahir ini menyebabkan pengidapnya menderita kejang tonik-klonik, keterbelakangan mental, dan seringnya memiliki kelainan fisik — mulai dari bibir sumbing, club foot alias kaki pengkor, hingga skoliosis. Keterbelakangan mental yang dialami tergolong sangat berat, IQ hanya mencapai 25, kehilangan bagian tertentu pada otak, tidak bisa duduk dan/atau berdiri, kemampuan berbahasa yang sangat minim atau bahkan nol.
Anak hasil inses yang memiliki FD juga mungkin mengidap microcephaly. Microcephaly adalah kondisi neurologis langka yang ditandai dengan ukuran kepala bayi yang sangat jauh lebih kecil dari kepala anak-anak lain di usia dan jenis kelamin yang sama. Selain itu, ia juga memiliki struktur otak yang abnormal, keterlambatan perkembangan parah, kelemahan otot (hipotonia), gagal tumbuh, pembengkakan hati dan limpa, kelebihan sel darah merah (polisitemia), jenis kanker tertentu, dan/atau atau kekurangan sel darah putih (leukopenia).
Tidak ada pengobatan efektif yang tersedia untuk defisiensi fumarase. Individu dengan FD biasanya hanya dapat bertahan hidup beberapa bulan saja. Hanya segelintir dari penyintas FD yang dapat hidup cukup lama sampai tahap dewasa muda.
3. Habsburg Jaw
Habsburg Jaw, juga dikenal sebagai Habsburg Lip dan Austrian Lip, adalah kondisi cacat fisik bawaan dengan ciri-ciri rahang bawah menonjol keluar dan diikuti oleh penebalan bibir bawah ekstrem, dan memiliki ukuran lidah yang luar biasa besar — yang biasanya menyebabkan pengidapnya ngiler berlebihan.
Dalam dunia medis modern, Habsburg Jaw dikenal sebagai mandibular prognathism. Maloklusi (penyimpangan rahang atas dan bawah) yang diakibatkan oleh kondisi ini menyebabkan cacat fungsi rahang, ketidaknyamanan dalam mengunyah, masalah pencernaan, dan kesulitan berbicara sehingga sulit untuk dimengerti. Individu yang memiliki kondisi ini dilaporkan juga mengalami keterbelakangan mental dan fungsi motorik yang hampir nol besar.
Jejak awal Habsburg Jaw diyakini berasal dari keluarga bangsawan Polandia, dan orang pertama yang dikenal mengidap kondisi ini adalah Maximilian I, kaisar Romawi Suci yang memerintah dari 1486 hingga 1519. Keluarga kerajaan zaman dulu kerap mempraktikkan perkawinan sedarah untuk melindungi keturunan darah bangsawan murni di pohon keluarganya.
4. Hemofilia
Hemofilia tidak secara spesifik merupakan hasil dari perkawinan sedarah, namun inses dipandang sebagai penyebab tingginya insiden penyakit bawaan ini di banyak keluarga kerajaan Eropa.
Jika ada perempuan yang menderita penyakit ini dalam keluarga Anda, maka perkawinan sedarah dalam keluarga patut untuk dicurigai sebagai faktor risikonya. Hemofilia adalah kondisi yang disebabkan oleh kecacatan pada gen yang memungkinkan pembekuan darah.
Hemofilia merupakan contoh dari penyakit X-linked, karena gen yang cacat merupakan gen dari kromosom-X. Wanita memiliki dua pasang kromosom X sementara pria hanya memiliki satu kromosom X dari ibunya. Seorang pria yang mewariskan salinan gen hemofilia cacat akan menderita penyakit ini, sementara keturunan wanita harus mewarisi dua pasang gen cacat untuk bisa mengidap hemofilia. Keturunan hasil inses akan mewarisi dua salinan dari gen rusak yang diturunkan dari ibunya.
5. Philadelphoi
Kata “Philadelphoi” yang berarti “cinta saudara” berasal dari bahasa Yunani kuno, digunakan sebagai julukan yang diberikan kepada kakak-adik Ptolemy II dan Arsinoe yang terlibat dalam hubungan inses. Meski begitu, Philadelphoi tidak tercatat sebagai kondisi medis resmi dan berbeda dari penyakit Philadelphia Chromosome (Ph).
Keluarga kerajaan Mesir kuno hampir selalu diwajibkan untuk menikah dengan saudara kandung mereka, dan hal ini terjadi hampir di setiap dinasti. Tidak hanya pernikahan kakak-adik kandung, namun juga “pernikahan double niece”, di mana seorang pria menikahi seorang gadis yang orangtuanya adalah kakak atau adik dari pria tersebut. Tradisi perkawinan sedarah ini dipelihara karena mereka percaya bahwa dewa Osiri mengawini adiknya sendiri, Iris, untuk menjaga kemurnian keturunan. Tutankhamen, alias King Tut, adalah hasil dari hubungan incest antara kakak-adik. Diduga pula bahwa istrinya, Ankhesenamun, merupakan adik (entah kandung atau angkat) atau keponakannya sendiri.
Akibat perkawinan sedarah ini, tingkat bayi yang lahir mati tergolong tinggi dalam keluarga kerajaan, begitu pula dengan cacat lahir dan kelainan genetik bawaan. King Tut sendiri memiliki beragam kondisi yang diakibatkan dari keterbatasan variasi kode genetik gen dari hubungan inses orangtuanya.
King Tut dilaporkan memiliki bentuk tengkorak yang memanjang, bibir sumbing, tonggos (gigi depan atas lebih menonjol daripada gigi depan bawah), kaki pengkor (club foot), kehilangan salah satu tulang dalam tubuhnya, dan skoliosis — semua “paket” kondisi ini disebabkan, atau justru diperburuk, oleh hubungan inses.
Tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku tidak mau anakku menanggung dosa dari perbuatan ke dua orang tuanya, cukup kami yang menanggung dosa tersebut.
"Aku serius Sayang, aku bersedia pergi mengikutimu kemanapun kamu akan membawaku." jawab Nyai Nur membuatku bahagia, akhirnya aku akan bisa memiliki Ibuku dalam situasi yang berbeda. Biarlah rahasia ini akan tetap tersimpan rapat dalam hatiku.
Tapi kebahagianku sedikit terusik dengan kehadiran janin yang berada dalam kandungan Nyai Nur, apa dia akan menjadi tumbal dari perbuatan bejat kami? Yaa Tuhan, kenapa perbuatan kami harus menghasilkan janin yang kini hidup dalam rahim ibuku, adik dan sekaligus anakku? Apakah ini sebuah peringatan atau azab untuk kami?
"Nyai akan ikut aku, ke mana?" perlahan, aku bangkit dari atas tubuh Nyai Nur, kontolku terlepas dari jepitan memeknya, lobang yang kulalui saat pertama kali menghirup udara kebebasan. Tempat yang sama akan segera dilalui anakku, lahir dari rahim ibu dan juga neneknya.
"Ke mana saja kamu pergi, Zaka." jawab Nyai Nur berbalik memeluk diriku seakan dia tidak mau kehilangan diriku, seperti halnya dengan diriku yang tidak mau kehilangan dirinya. Kami saling berpelukan, hal yang tidak pernah kami lakukan sebagai seorang anak dan ibu kandungnya.
Tiba tiba aku teringat dengan surat dari Nyai Jamilah, apa Nyai Nur tahu apa yang sedang dialami Nyai Jamilah sehingga dia ingin meninggalkan Pondok? Bukankah di Pondok, Nyai Jamilah mendapatkan status yang sangat dimuliakan?
"Nyai, apa pernah Nyai Jamilah bercerita kenapa dia mau meninggalkan pondok?" tanya ku berhati hati agar Nyai Nur tidak merasa terganggu dengan pertanyaanku, konon wanita sangat sensitif saat kita membicarakan wanita lain saat sedang bersamanya apa lagi saat kita sedang di atas ranjang, itu bisa menimbulkan perang dunia ke tiga. Aku tidak mau kehilangan Nyai Nur, apapun alasannya.
"Kenpa kamu tiba tiba menanyakan Nyai Jamilah, ada hubungan apa kamu dengan Nyai Jamilah?" tanya Nyai Nur, di melepaskan pelukannya. Duduk menghadap ke arahku dengan memeluk dengkul sehingga aku bisa melihat memeknya yang menggoda, ada sisa sisa spermaku yang menetes dari memeknya dan membasahi selangkangannya. Aku jadi ingat Teh Euis dan Kang Jaja. Kang Jaja sangat menyukai pejuhku yang keluar dari memek Teh Euis. Dan aku tersenyum bahagia melihat pejuhku merembes keluar dari memek ibu kandungku sendiri.
"Eh aku hanya merasa aneh, kenapa Nyai Jamilah tiba tiba ingin pergi dari pondok..!" jawabku gugup, .apa Nyai Nur merasa cemburu karena aku menyinggung masalah Nyai Nur? Semoga tidak, perhatianku lebih tertuju ke memek Nyai Nur, melihat sisa sisa pejuhku.
"Hihihi, kok kamu ketakutan begitu?" tanya Nyai Nur membelai pipiku dengan lembut. Aku menarik nafas lega karena Nyai Nur tidak merasa terganggu dengan pertanyaanku.
"Aku nggak ketakutan !" jawabku berusaha menyembunyikan raut wajahku di balik kaki Nyai Nur, aku menciumi betisnya yang mulus dan jenjang sambil mempermainkan itilnya yang mencuat indah.
"Och, kamu nakal, Sayang. Nyai Jamilah takut Gus Mir akan kembali memaksanya untuk jadi istri muda, seperti yang pernah dilakukannya dulu sebelum Nyai Jamilah menikah dengan Mbah Kholil." jawaban Nyai Nur membuatku terkejut, pantas Nyai Jamilah bersikeras meninggalkan pondok. Aku menatap Nyai Nur yang tersenyum menatapku, tatapan lembut yang selama ini sangat aku rindukan.
"Och begitu, tapi menurut fiqh itu tidak diperbolehkan ?" tanyaku heran, kenapa Kyai Amir berusaha melanggar atau justru menutup mata dengan hal itu.
"Jangan bicara fiqh, itu hanya kedok Gus Mir. Kamu belum kenal wajah aslinya, kadang aku ingin pergi meninggalkannya." jawab Nyai Nur berusaha tersenyum, senyum yang terasa sangat pahit. Dia mengusap wajahku, matanya berkaca kaca, entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Aku akan membawa Nyai ke manapu Nyai mau, aku janji." jawabku antusias, dia adalah milikku dan akan menjadi milikku selamanya.
"Hihihi, aku hanya bercanda, tidak mungkin pergi meninggalkan Pondok ini." jawaban Nyai Nur membuatku terpukul, mimpi indah itu hancur berantakan.
"Jadi begitu, alasan Nyai Jamilah menikah dengan Mbah Kholil adalah cara agar tidak diperistri Kyai Amir?" tanyaku geram, berusaha mengalihkan perasaanku. Aku tidak pernah menyangka, ternyata Kyai Amir lebih gila dibandingkan yang kusangka.
"Seperti itulah kenyataannya, Zak. Kita harus mencari cara untuk terbebas dari Gus Mir, bagaimanapun caranya." Nyai Nur menatapku lembut, bibirnya yang sensual tersenyum indah, senyum terindah yang pernah aku lihat.
Aku menatap Nyai Nur, berusaha mencari kesungguhan ucapannya dari sorot mata, bukankah mata tidak pernah berdusta. Harapanku kembali muncul, aku akan bisa memilikinya, seutuhnya dan selamanya.
"Bagaimana caranya, Nyai?" tanyaku pelan, aku belum tahu harus mulai dari mana. Justru Nyai Nur yang mulai memberiku saran, walau aku belum tahu saran apa yang akan disampaikannya padaku tapi itu sebuah titik terang yang membuatku tidak merasa sendirian, ada Nyai Nur yang akan membantuku.
"Kita harus melibatkan Nyai Jamilah dalam rencana ini, aku tidak mungkin terjun langsung." jawab Nyai Nur membuatku merasa heran, kenapa harus melibatkan Nyai Jamilah?
"Kenapa kita membutuhkan Nyai Jamilah dalam rencana, ini?" tanyaku.
"Karena aku ingin kamu menikahi Nyai Jamilah, dia bisa membantumu untuk hidup lebih baik." jawaban Nyai Nur membuatku kaget, kenapa dia menginginkan ku menikah dengan Nyai Jamilah? Apa dia mau menyingkirkan aku dari hidupnya, sama saat dia terpaksa membiarkan ayah membawaku pergi. Tidak, aku tidak mau kehilangan Nyai Nur ( ibuku ) lagi. Aku berhak memiliki Nyai Nur seutuhnya, walau aku harus menikahinya.
"Kenapa Nyai menyuruhku menikahi Nyai Jamilah, bukankah sebentar lagi aku akan menikah dengan Shinta?" aku duduk dan menatap wajah Nyai Nur dalam jarak yang sangat dekat. Aku tidak mau kembali kehilangan Nyai Nur dalam hidupku, aku tidak peduli sebagai apa.
"Tidak masalah, walau kamu punya empat orang istri kalau Nyai Jamilah tidak keberatan untuk menjadi salah satu istri kamu." jawab Nyai Nur tenang, dia membalas tatapanku dengan lembut.
"Kenapa bukan Nyai yang menjadi salah satu istriku, Nyai bisa minta cerai dari Kyai Amir? Bukankah Nyai yang memintaku membawa Nyai pergi karena Nyai tidak mau kehilangan anak kita, aku bersedia membawa Nyai pergi ke manapun Nyai mau." aku menatap penuh harap, Nyai Nur harus tahu aku tidak mau kehilangan dirinya.
"Hihihi, tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi. Kamu tidak bisa menikahiku, karena...!" Nyai Nur mengakhiri perkataannya, dia mencium bibirku dengan lembut dan hangat.
Aku balas menyambut ciumannya dengan hangat, Nyai Nur berhasil mengalihkanku dengan gairahnya. Mencumbuku dengan penuh bernafsu lebih bernafsu dari biasanya. Tanganku tidak bisa diam, meremas payudara Nyai Nur, payudara yang seharusnya menjadi milikku.
"Nyai belum menjawab pertanyaan ku, kenapa kita tidak bisa menikah kalau Nyai sudah bercerai dengan Kyai Amir?" tanyaku setelah kami puas berciuman, ciuman yang berhasil menguras energi dan pikiranku.
"Suatu saat kamu akan tahu, sekarang yang harus kita pikirkan bagaimana caranya menjebak Gus Mir seperti rencana Kang Jaja dan Nyai Euis, bukankah hal itu yang menyebabkan kamu kembali ke Pondok?" jawaban Nyai Nur yang diakhiri pertanyaan membuatku sangat terkejut, apakah Nyai Nur sudah tahu kalau aku adalah anak kandung yang sudah dibuangnya?
"Nyai ta tahu itu?" tanyaku dengan suara bergetar, aku menatap Nyai Nur yang tertawa kecil melihatku.
"Nanti kita bicarakan hal itu, anakku. Sekarang aku ingin memberimu kehangatan yang tidak pernah kuberikan kepadamu sebelumnya. Sayang sekali, ASI ku sudah kering sehingga kamu tidak bisa mencicipinya." bisik Nyai Nur membuatku terpaku, ternyata dia tahu aku adalah anaknya.
"Nyai tahu akkkku...!" Nyai Nur melumat bibirku sehingga aku tidak bisa meneruskan perkataanku. Antara ragu dan was was, aku membalas ciuman Nyai Nur, biarlah aku tanyakan nanti, saat ini aku lebih tertarik menggumuli tubuh indahnya yang menawarkan sejuta kenikmatan maksimal.
Aku mendorong Nyai Nur agar rebah sehingga aku bisa mendominasi permainan, memanjakan tubuhnya dengan lidahku sebagai bentuk ekspresi kerinduan selama puluhan tahun. Aku mulai menciumi lehernya yang jenjang, bau keringatnya yang membuatku merasa nyaman dan bahagia, Tuha ini adalah Ibu yang sempat Kau renggut dalam kehidupanku dan kini telah Kau kembalikan lagi.
"Ochhh nikmat, Sayang. Puaskan dahagamu, lakukan yang ingin kamu lakukan. Hukum Ibu yang sudah meninggalkanmu, yang tidak bisa memberikanmu kasih sayang." rintih Nyai Nur semakin memperkuat dugaanku, dia tahu aku adalah anaknya. Sepertinya selama ini dia saling bertukar informasi bahkan mungkin dia menjalin kerja sama dengan Teh Euis dan Kang Jaja.
Aku tidak perduli, aku hanya ingin menikmati payudara pertama yang aku lihat sesaat aku lahir ke dunia fana ini, tapi apakah aku sempat melihatnya atau bahkan sama sekali belum pernah melihatnya karena mata setiap bayi yang baru lahir belum melihat. Tapi setidaknya aku pernah meraba dan mencium bau tubuhnya waktu itu?
"Bu, apakah aku pernah menyusu atau menyentuh payudaramu waktu bayi, walau hanya sesaat?" tanyaku ingin tahu. Semuanya sudah terbuka, tidak ada lagi tirai rahasia di antara kami.
"Hanya tiga hari, setelah itu ayahmu membawamu pergi dari hadapanku." jawab Nyai Nur, air matanya terusik oleh pertanyaanku. Mengalir deras tanpa dapat dicegah.
"Hanya tiga hari, tapi setidaknya aku sempat merasakan ASI yang keluar dari payudaramu walau hanya dalam waktu yang singkat. Ibu tahu aku adalah anakmu, dari mana Ibu mengetahuinya?" tanyaku lagi, tanganku terus meremas payudaranya dengan lembut. Aku tidak mau kehilangan payudara Nyai Nur, aku harus memilikinya dan tidak boleh ada pria lain kembali menyentuhnya.
"Aku menjalin hubungan dengan Nyai Euis, bahkan kami seperti saudara karena mempunyai nasib sama. Aku dan Euis memang berencana memenjarakan Kyai Amir tanpa membuka aib kami atau dengan kata lain tidak melibatkan kami." jawab Nyai Nur, dia membelai wajahku, dan aku baru menyadari perlakuannya seperti seorang ibu kepada anaknya.
"Lalu?" aku balas menatap Nyai Nur yang rebah terlentang di bawahku, aku tidak pernah bosan menatap wajahnya dan tidak akan pernah bosan walau wajahnya akan menjadi keriput, rambut hitam legamnya akan berubah warna menjadi putih.
"Kebetulan, salah satu alasan Nyai Euis dikirim ke sini adalah karena terlibat cinta terlarang dengan saudara kandungnya. Kehadiran Nyai Euis ternyata menarik perhatian Gus Mir sehingga akhirnya Gus Mir menikahinya dan memperlakukan Nyai Euis seperti yang dilakukannya kepadaku. Memaksa Nyai Euis melayani santri lain untuk memuaskan obsesi Gus Mir yang menyimpang hingga akhirnya Gus Mir hamil dan anaknya dititipkan ke seseorang yang tidak dikenalnya. Merasa tidak tahan, Nyai Euis meminta cerai seminggu setelah orang tuanya wafat dalam sebuah kecelakaan. Dan akhirnya Nyai Euis menikah dengan kakak kandungnya yang bernama Jaja, seorang Perwira Polisi."
"Mereka saudara kandung Nyai, bagaimana bisa mereka menikah?" tanyaku memotong cerita Nyai Nur. Ternyata mereka selama ini berhubungan sangat akrab, jaman sekarang hal itu sangat memungkinkan. Sebuah HP, tidak mengenal jarak.
"Ya, tapi bukan itu yang ingin aku bahas. Kami punya rencana besar memenjarakan Gus Mir, rencana yang sudah kami susun masih terkendala oleh banyak hal, terutama kami tidak mau kelakuan Gus Mir yang terobsesi melihat istri istrinya dijadikan alat untuk itu. Itu aib, dan kami tidak mau kalau sampai aib itu tersebar apa lagi zaman sekarang, sebuah berita akan tersebar ke pelosok negeri. Kami tidak mau hal itu terjadi. Dan hal yang paling penting dari semua itu, Nyai Euis dan Kang Jaja bersedia membantuku menemukan anakku dan mempertemukanku dengan nya, anak itu adalah kamu, tes DNA sudah memastikan itu." jawab Nyai Nur membuatku terkejut, ternyata dia sendiri meminta bantuan Kang Jaja menemukanku, entah bagaimana caranya Kang Jaja bisa menemukanku bahkan melakukan tes DNA yang tidak aku sadari. Dan aku juga mulai mengerti, kenapa Nyai Nur bisa bertahan tetap menjadi istri Kyai Amir, alasannya sudah sangat jelas. Semuanya kembali pada aib mereka dan aku setuju dengan pendapat tersebut, aku tidak mau ibuku harus menanggung malu seumur hidup, hal yang sangat mengerikan.
"Nyai...!" jari telunjuk Nyai Nur menyentuh bibirku.
"Aku punya satu permintaan, tolong kabulkan !" seru Nyai Nur, pandangan matanya mampu menyihir kesadaranku.
"Panggil aku Ibu saat kita sedang berdua, jadikan aku sebagai istri walau tanpa ikatan resmi agar kamu bebas memilikiku seutuhnya. Memilikiku sebagai ibu dan sekaligus sebagai istri, kamu mau kan melakukannya?" tanya Nyai Nur, seperti mengerti isi pikiranku. Permintaan yang membuatku merasa bahagia.
"Aku janji, Bu." jawabku tegas. Akhirnya aku bisa memiliki bagian jiwaku yang hilang, aku bisa memiliki sesuatu yang aku rindukan seumur hidupku.
"Terimakasih, anakku Sayang, Suami yang aku cintai...!" seru Nyai Nur, tangannya meraih kepalaku ke arah dadanya dan mendekapnya begitu erat sehingga aku merasakan detak jantungnya yang tidak beraturan. Aku bisa mencium bau payudaranya, payudara yang sekarang sudah sah menjadi milikku. Aku menarik nafas panjang, memenuhi rongga dadaku dengan bau tubuh Ibu yang baru saja kumiliki.
“Terimakasih Sayang, Ibu bahagia akhirnya kamu kembali ke dalam pelukan ibu.” bisik Nyai Nur.
°°°°°°°°°°°°
Keesokan harinya, aku sengaja menunggu Nyai Jamilah di bawah pohon. Aku yakin, tempat ini akan menghindari kami dari fitnah saat kami mengobrol. Semua penghuni Pondok tahu dan menganggap kami sebagai saudara sepupu.
"Ada apa, Nyai?" tanyaku kaget melihat Nyai Jamilah yang datang dengan wajah sembab, sepertinya dia habis menangis.
"Bawa aku pergi, kamu suamiku sudah sewajarnya aku ikut denganmu.!" jawab Nyai Jamilah membuatku terpaku heran, apa yang sebenarnya terjadi?
"Nanti dulu Nyai, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku gelisah. Apakah ini ada hubungannya dengan Kyai Amir yang tiba tiba pergi meninggalkanku dengan Nyai Nur semalam?
"Akku sudah tidak tahan lagi, aku ingin secepatnya meninggalkan tempat ini sebelum aku mengambil jalan pintas yang dilaknat oleh Allah...!" seru Nyai Jamilah membuatku bergidik ngeri.
Bersambung