Tetangga Kontrakan STW
( Chapter 2 )
Tepat pukul 11 malam, area kontrakan sudah terlihat sepi. Setelah melihat kiri kanan tetangga kontrakan dan sudah terlihat tidak ada siapa-siapa, tanpa mengetuk aku langsung masuk ke kontrakan Mbak Ati.
Ternyata Mbak Ati juga terlihat habis mandi, rambutnya yang Panjang dia gelung terlihat agak sedikit basah. Lalu aku langsung mengunci pintu kontrakan.
Mbak Ati langsung mematikan saklar lampu. Lalu Mbak Ati berbisik “Mas kita jangan sampe ketauan orang ya mas”. Lalu aku menarik Mbak Ati untuk memeluknya dan langsung kugiring keu tempat tidur.
Lalu aku melepas semua pakaianku dan naik ke tempat tidurnya. Mbak Ati sudah pasrah dalam posisi tiduran.
Lalu aku mulai mencium dan memainkan lidahku di bibirnya sambil tanganku meraba masuk ke dalam daster tipisnya, ternyata Mbak Ati sudah tidak memakai bh dan cd. Agak lama barulah aku melepaskan lidahku, lalu beralih menciumi sekujur wajahnya.
Pipi, dahi, telinga, leher, dagu lalu Kembali lagi ke bibirnya. Sambil kurasakan buah dadanya yang sudah agak kendur masih lumayan kenyal.
Lalu tanganku mulai meraba bagian bawah perutnya, merasakan bulu jembut yang lebat. Aku semakin bergairah. Mbak Ati hanya bisa mendesah di tengah bibirnya yang gelagapan berusaha aku lumati.
Setengah jam lamanya aku menjelajahi body bahenolnya mbak ati, lalu mulai kulepas dasternya. Lalu kucucup buah dadanya bergantian kanan dan kiri, kuhisap, kugigit-gigit kecil dan kujilati.
Kumainkan putingnya dengan lihai oleh lidahku. Tubuhnya semakin bergerak tidak karuan dan semakin mendesah Ketika kutelusuri perutnya oleh lidahku.
“Aduh aku udah gak tahan mas” desisnya. Kontolku sudah keras tegak menjulang tak sabar ingin memasukki gua garba milik mbak Ati, lalu aku meminta persetujuannya “masukkin sekarang ya mbak?” Mbak Ati pun mengangguk.
Di sela-sela ittu aku bertanya
Aku: kapan terakhir dimasukin mbak?
Mbak Ati: udah lama mas, terakhir sama mantanku yang satpam itu to mas udah 6 bulan lebih
Lalu aku tersenyum sambil menggoda “wah udah rapet lagi donk?” yang disambut dengan tawa kecil Mbak Ati.
Di tengah remang-remang lampu kamar mandi yang masuk melalui celah pintu, aku mencoba meraba gua kenikmatan Mbak Ati yang Nampak sudah basah.
Lalu kucoba kumasukkan kontolku perlahan. Kucoba kumasukkan kepala kontolnya. Mbak Ati mendesis
“Awh pelan-pelan mas, gede banget punyamu”.
Kumasukkan sambil kuresapi hangatnya inchi demi inchi hingga akhirnya seluruh kontolku sudah masuk dan terasa mentok menghentak memek Mbak Ati. Mbak Ati lalu mendesis kecil.
Hangat sekali rasanya dan seperti agak dipijit-pijit. Setelah masuk, aku melumat Kembali bibir Mbak Ati, kukecup dan kumainkan lidahnya sebelum aku genjot perlahan.
Perlahan aku mulai memompanya. Plak! Plak! Plak! Suara tersebut terdengar setiap kali aku menghujamkan kontolku ke memek legitnya.
Gesekan antara jembut kami membuat sensasi kepuasan tersendiri. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun. Aku semakin bergairah. Lalu kuangkat kaki Mbak Ati ke bahuku dan mulai menghujamkan kontolku secara teratur.
Mbak Ati semakin terlihat kesetanan, desahannya semakin kencang. Nafasnya mendesah-desah. setengah jam sudah.
Gairahku memuncak, air maniku seperti sudah menjalar ke ujung kontolku. Lalu aku menghentikan genjotanku seketika. Menahan sekuat tenaga agar maninya tidak keluar dulu, kontolku berkedut-kedut menahan di dalam hangatnya gua garba Mbak Ati.
Mbak Ati bertanya sambil terengah-engah “ahhh ssshhh kenapa berhenti sayang?”
“Huff aku gak tahan mau keluar sayang, bentar dulu ya”
Setelah beberapa detik jeda, aku mulai menggenjot Mbak Ati ke posisi semula sambil melumati bibir seksinya. Nafas Mbak Ati mulai mendesah Kembali. Aku cucupi payudara besarnya sambil kugenjot. Kulumati lagi lehernya lalu ke dagu dan Kembali kuhisap bibirnya.
Setelah beberapa lama, tiba-tiba paha Mbak Ati menggapit pinggangku kuat, tubuhnya mulai bergetar, aku mempercepat genjotanku dan mulai mengerang
“Sayang.. ahhh ssshhh jangan keluarin di dalem yang ssshh” rengeknya sambil mendesah
“Aku pengen ahhh ahhh.. keluar di dalem aja, diluar gak enak ahhh” jawabku terengah-engah
“Aku bisa hamil, Man, ahhh ahhh!” desisnya sambil mengerang
Kugenjot semakin kuat membuat kontolku terbenam sangat dalam di memeknya yang sempit. Kupeluk tubuh montoknya. Nikmat bertemu nikmat, croott crooott croot, kusemprotkan spermaku beberapa kali dan disaat bersamaan paha Mbak Ati menggapitku dengan sangat kuat kami mengejan bersamaan. Tubuh kami terkejang-kejang kelojotan menumpahkan sperma dan mani bertubi-tubi.
“Man aku bisa hamil Man”
“Aku gak percaya, emang masih bisa hamil?”
“Aku masih mens”
Lanjut chapter berikutnya
Bersambung