Binalnya Istriku Dewi ( Part 35A )
Binalnya Istriku Dewi Part 35
( Bagian Ke 1 )
POV WIFE
Saya pun memilih istirahat dan minum obat, tetapi rasa mual itu tidak hilang-hilang juga.
Bahkan sampai suami saya pulang, tapi saya berusaha tampil biasa di depan suami dan bilang saya hanya kelelahan.
Besoknya saya mulai berfikir, Karena sudah punya dua anak, saya mulai heran koq seperti saya hamil dulu apalagi saya sudah terlambat datang bulan, tapi seingat saya, saya rutin meminum obat anti hamil. Saya pun kembali izin ke david untuk tidak masuk kerja. Saya pun memutuskan untuk membeli dua bungkus test pack.
Saya pun membuka satu, lalu kencing, dengan berdebar-debar saya pun menggunakan test Pack. Betapa terkejutnya saat melihat hasilnya, karena masih kurang percaya saya pun mengambil satunya lagi yang memang saya persiapkan untuk pembanding keakuratannya. Saya coba lagi dan hasilnya adalah sama.
Kepala saya langsung pening, saya pun segera naik ke atas ranjang. Bukan ke hamilan yang saya takutkan, tapi saya tidak tahu siapa ayah dari bayi yang saya kandung, saya khawatir bukan Dendi orangnya. Apa yang mau saya katakana ke Dendi suami saya, sementara dia selalu mengingatkan saya minum obat anti hamil.
Untuk lebih memperoleh keyakinan saya putuskan setelah menjemput Intan untuk pergi ke dokter.
Ternyata hasil dari dokter menunjukan hasil yang sama dengan test pack bahwa saya hamil. Dari perhitungan dokter saya pun mulai menghitung kapan saya dibuahi sehingga hamil, saya dapat tiga tersangka antara Suami saya, David atau Mr Lee.
Dengan hati yang tidak tenang saya pun kembali pulang ke rumah. Malamnya suami saya mulai menangkap kemurungan saya. Saat itu kami sdh ada di tempat tidur.
Suami:” Kamu masih sakit mah, kata bu Heti 2 hari gak masuk kerja”
Saya:” Ia Pah, tinggal lemesnya, tadi udah ke dokter juga, gpp kata dokter cuma kecapean”
Suami:” Apa gak sebaiknya kamu tidak usah kerja saja mah, Papah pun masih bisa menghidupi kalian, apalagi sekarang bisnis karaoke papah sdh mulai jalan”
Saya:” Udah launching ya pah? Saya mencoba mengalihkan pembicaraan…
Suami:” udah mah seminggu lalu, kan udah pernah papah bilang” ucap suami saya sedikit ketus
Saya:” hehe kan lupa”
Suami:” Ya udah, kamu istirahat saja”
Saya:” Ia Pah”
Hari ini pun berlalu.
Besoknya aku sudah masuk kerja kembali, aku juga bingung apa aku mesti bilang ke si David atau tidak.
Saat si David datang dia langsung menghampiri saya dan duduk di kursi depan meja saya sehingga kami saling berhadapan.
David:” Kamu sakit apa say?
Oh ya aku dan David memang sudah resmi selingkuh, kalau tidak di depan orang lain kami seperti orang pacaran.
Saya menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan si David.
Saya:” Aku hamil yang…”
David pun tampak terkejut…
Saya:” Ia, aku hamil…”
David:” tapi kamu kan minum obat anti hamil?
Saya:” Ia gak tau, mungkin ada kelupaan”
David:” Terus siapa bapak anak ini” ucap David menatap saya dengan tajam.
Saya:” Sepertinya kamu, karena kamu yang paling sering nidurin aku” ucap saya denga wajah sedih, dan memang lagi sedih.
David menarik nafas panjang.
David:” terus bagaimana? Suami kamu sdh tahu?
Saya pun menggelengkan kepala saya.
David:” Sesuai komitmen awal, kamu masih inget, saya punya istri dan kamu punya suami…”
Saya:” Ia Vid, aku juga gak mungkin dan gak mau pisah sama suami aku”
David:” Terus kita harus bagaimana?
Saya:” Aku gak tahu Vid” ucapku dan air mata sudah mulai tak dapat kubendung, banyak penyesalan dalam hati saya.
David:” Udah jangan nangis di sini, nanti kita ngobrol lagi pas makan siang bagaimana?
Saya:” ia” saya pun segera mengambil tissue untuk mengelap air mata saya.
Siangnya saya dan David pun makan bareng, tapi saya tetap tidak kami tidak punya solusi.
David malah mengajak saya berhubungan seks agar melupakan masalah, tentu saya malah kesal kepada dia, sepertinya dia tidak terlalu perduli dengan kondisi yang saya hadapi.
Saya khawatir kalau suami saya tahu saya hamil dia pasti marah besar dan ada kemungkinan akan menceraikan saya, karena pasti dia akan menduga juga saya ada kemungkinan hamil oleh orang lain. Saya pun pulang ke rumah dengan perasaan gundah gulana.
Suami saya mulai menangkap kemurungan saya, tapi tentu saja saya tidak mengakuinya, hati saya mulai menyesal dan entah kenapa sekarang saya sangat takut kehilangan Dendi.
Bayangan wajah suami saya telah menyingkirkan David yang selama hampir sebulan ini mengisi hati saya.
Saya pun berpikir keras selama beberapa hari untuk mencari jalan keluar terbaik. Saya pun memilih libur dari kantor dan saya memang sedikit menjaga jarak dari si David setelah melihat sikap dia, saya mulai bisa menilai seperti apa David, penyesalan saya semakin dalam saja, rasa bersalah terhadap Dendi semakin membesar. Tiba-tiba hari itu Luna datang ke rumah dengan anaknya Bobo.
Awalnya kami hanya ngobrol biasa, tapi sepertinya Luna menangkap sikap saya yang tak seperti biasanya, saya tak lagi ceria.
Akhirnya saya pun tidak tahan dan saya menceritakan semuanya, mulai dari saya berbohong ke dia waktu ke Jakarta, dimana sebenarnya saya bersetubuh dengan David sampai saat ini saya hamil saya ceritakan semua dengan bercucuran air mata.
Luna sempat marah mengetahui saya selingkuh dengan David, cowok yang sebenarnya juga dia sukai. Tapi setelah mendengar saya hamil dan ke khawatiran saya akan suami saya Dendi yang akan menceraikan saya dia mulai lunak dan sepertinya tidak lagi marah sama saya, apalagi setelah mengetahu sikap David yang seakan tidak terlalu perduli dengan kehamilan saya
.
Saat itu kami memang ngobrol berdua di kamar, anak-anak bersama baby sister Luna.
Saya:” Kakak minta maaf Lun, kakak udah jahat sama kamu”
Luna:” Udah kakak, aku gpp, aku memang tadi sempat kesal, sebenarnya kakak jahatnya ke suami kakak, dia ngebolehin kakak tidur dengan orang lain, sampai kakak jadi pelacur, asalkan tidak dengan membawa perasaan, sekarang kakak terjerat si David dan sekarang hamil dan gak tahu siapa bapak bayi kakak”
Saya:” Ia Lun, kakak nyesel, kakak silau dengan harta yang utamanya, si David banyak memberi pemasukan buat kakak”
Luna:”Dasar mata duitan”
Saya:” hehe…, lha terus sekarang aku harus gimana, kalau aku ngomong sama Dendi kalau aku hamil bisa gawat, harus ada cara lain, dan aku juga gak mau kalau harus gugurin kandungan aku, si David nyaranin di gugurin, makanya aku malah kesel dan mulai benci sama dia”
Luna:” Udah gak usah denger si David lagi, aku setuju dengan kakak akan makin merasa berdosa kalau sampai digugurin, lagian masih ada peluang anak kakak itu anak mas Dendi” Ucap Luna
Saya:” Ia, aku juga berharap banget benih yang aku kandung dari Dendi”
Untuk beberapa saat aku dan Luna terdiam, kami tidak punya jalan keluar.
Luna:” Kak, menurut aku ada dua opsi yang bisa dilakukan..”
Saya:” Apa tuch Lun, kalau kakak terus terang mumet, udah buntu, sdh berhari-hari gak nemu solusi”
Luna:” Memang udah gak ada solusi kak, ibaratnya nasi sdh jadi bubur gak bisa dibalik lagi jadi nasi”
Saya:” Terus maksud kamu 2 opsi itu?
Luna:” Gini, yang pertama kakak ngaku ke mas Dendi kalau kakak hamil dan gak tahu siapa ayah bayi dikandungan kakak dengan semua resikonya, terus yang ke dua buat alibi”
Saya pun berfikir sejenak memikirkan apa yang diucapkan Luna.
Saya:” Kalau yang pertama aku gak berani Lun, itu opsi terakhir, terus maksud kamu alibi itu gimana?
Luna:” Alibi itu ya, kakak harus bangun alibi agar mas Dendi percaya bayi yang kakak kandung anak dia, Mas Dendi tahu gak, selain waktu kakak ke Jakarta kakak ada melakukan hubungan seks lagi sama David”
Saya:” Yaitu masalahnya aku sempat bilang ke dia kalau waktu jam kantor aku beberapa kali juga ngentot sama David”
Luna:” Ya, habislah kakak kalau gitu, tapi umur kandungan kakak berapa sekarang?
Saya:”Sudah Sebulan lebih kata dokter Wi”
Luna:” makin susah, tapi mungkin kakak bisa melakukan sesuatu, mas Dendi kan mungkin gak akan terlalu mengerti kakak udah hamil berapa bulan, nah kakak aza dia ngentot sekarang-sekarang ini bilang kakak pengen punya anak, terus udah gak minum obat kb lagi, kira-kira gimana?
Saya:” Yaitu, hubungan aku sama dia bakal kacau Wi, dan pasti kalau aku hamil pas Dendi selalu dampingin ke dokter dulu aza waktu hamil Revan dan Intan, pasti entar juga dia bakal tahu berapa usia kandungang kakak”
Luna tampak berfikir, sepertinya dia bingung juga.
Luna:” Ia Kak, berat kalau gitu, kemungkinan kebongkar, dan kalau kakak tiba-tiba bilang pengen punya anak lagi sementara hubungan kalian lagi tidak baik bisa berabe"
Saya:” Ya gitu Lun, kadang aku jadi pengen mati aza, aku bener-bener pusing, untung mas Dendi masih percaya kalau aku muntah-muntah karena kecapean, tapi itupun sampai kapan, karena hubungan kita lagi gak baik aza, kalau lagi baik pasti dia sendiri bakal bawa aku ke dokter”
Luna tampak menarik nafas panjang.
Luna:” Apa kita perlu cari pendapat orang lain lagi, misal Kak Mega atau mamah?
Saya:” Gak, aku malu,apa kata mereka Lun, biar kamu aza yang tahu”
Luna:”Buntu masalahnya aku juga kak”
Saya:” Kebetulan kamu ke sini aku jadi ngomong ke kamu Lun, tadinya belum kepikiran mau ngomong ke siapa juga”
Luna:”Ada ide lagi aku kak, Cuma aga ekstrem, tiba-tiba aza kepikiran akibat baca di berita di internet”
Saya:” Apa tuch Lun..? Saya kembali antusias.
Luna:” Lagi-lagi buat alibi, tapi jangan kaget ya, pura-puranya rumah kakak di rampok, terus perampok itu perkosa kakak, terus kakak hamil, gimana?
Saya:” Harus gitu ya?
Luna:” Aku pikir kalau alibinya kakak hamil karena diperkosa, suami kakak aku pikir dia orang baik masih bisa nerima kakak, terus ke khawatiran kalau dia cek ke dokter, mungkin dia belum tentu mau ikut juga kalau bukan anaknya, kalau pun tetap ikut, taka da pilihan, kita harus suap dokternya juga untuk memberi info palsu”
Saya:” Ia, Lun, kalau alibi yang pertama, nyuap dokter juga mungkin bisa, tapi mungkin Dendi akan curiga kalau tiba-tiba aku bilang pengen punya anak lagi”
Luna:” Ya gitu..”
Lalu kami pun terdiam beberapa saat.
Saya:”Terus gimana cara ngejalaninnya?
Luna:” Kalau kakak ok biar aku yang atur semuanya”
Saya:” Terus orangnya kamu dapat dari mana?
Luna:” Serahkan ke aku saja kak, aku yag akan bayar orangnya, aku ada temen yg baragajul, kayaknya tanpa di bayar juga mau mereka kalau disuruh perkosa kakak hehe”
Saya:” Beneran, tapi aman?
Luna:”Tenang rahasia terjaga, kalau aku sdh dapat orangnya aku kabarin lagi”
Saya:” Jangan lama-lama, umur kandunganku bertambah terus”
Luna mengacungkan jempolnya.
Luna:” Siip kak, kakak jangan murung terus ya, nanti mas Dendi makin curiga”
Saya:” Ia, maafin kakak juga ya, kakak juga dah mutusin mau jauhin si David”
Luna:” Dilanjutin juga gpp aku kak hehe, sementara kakak harus ajak terus mas Dendi bercinta, pokoknya kakak harus merayunya sebisa kakak, buat dia juga dilemma, kalau nanti dia tahu kakak hamil kan dia bakal ngira oleh dia atau rampok, terus kakak bilang juga kakak sdh muak sama David atau bagaimana lah, kakak atur agar dia percaya kakak gak berhubungan dengan dia lagi”
Saya pun tersenyum getir. Luna pun kemudian pulang ke rumahnya.
Saya berusaha ceria untuk menyambut suami saya pulang, saya sdh masakan makanan kesukaan Dendi.
Sekitar pukul enam, Dendi pun sampai di rumah, agak berbeda dari biasanya di mana belakangan saya agak cuek terhdap dia, kali ini begitu datang, saya langsung membawa tasnya dan saya taruh di kamar, ddi tempatnya. Dendi pun segera menyusul saya ke dalam kamar.
Suami:” Tumben papah datang langsung di bawain tas Papah”
Saya:” Hehe memang gak boleh?
Suami:” Gak biasanya saja?
Saya:” Ia, dulu karena capek kerja mamah juga, jadi ya kadang seperti gak perduli sama Papah” ucap saya sambil membantu melepas jas dan kemeja suami saya.
Suami:” Oh, kirain mamah memang sdh gak perduli sama papah”
Saya:” Oh tidak, papah jangan berprasangka begitu, ngomong-ngomong mau mandi dulu apa makan dulu?Suami:” Nanti mau mandi dulu mah, eh kamu masih sakit kah mah, gak masuk kerja lagi”
Saya:” Sehat-sehat saja Pah, mamah kayaknya mau resign aza, capek?
Suami saya menatap mata saya dengan tajam, sepertinya dia sedikit curiga.
Suami saya lalu menarik saya duduk di tepi ranjang.
Suami:” Koq tiba-tiba kamu mau keluar mah? Sebenarnya ada apa? Beberapa hari ini Papah memang melihat keanehan di mamah, tapi karena mamah belakangan cuek sama Papah, papah mun males mau bertanya terlalu jauh” Deg, saya menjadi khawatir, apa yang sedang dipikirikan Dendi tentang saya.
Saya:” Mamah bosen Pah, kerja, gitu-gitu aza”
Suami:” Bukannya mamah seneng, gaji mamah kan besar, terus banyak dapat fee dari bos mamah, biarpun mamah harus sering nemenin dia di hotel” ucap suami saya seperti menyindir saya.
Saya berusaha agar tidak terlihat terpengaruh dengan pertanyaan suami saya.
Saya:” Kan awalnya kerja mamah iseng aza Pah, sekarang udah bosen, ketemunya si David mulu, terus kebanyakan ngajak ngentot aza, udah sering mamah tolak, mamah cari-cari alesan, mentang-mentang dia bos”
Suami:” Bener gitu”
Saya:” Terserah kalau gak percaya” ucap saya memasang muka ketus, biasanya kalau melihat saya begini Dendi akan luluh dan memang benar sesuai dugaan saya.
Suami:” Ya, kalau papah memang setuju mamah gak perlu kerja, seperti biasa di rumah saja, sesekali baru cari kesenengan di luar”
Saya:” Maksudnya kesenengan gimana?
Suami:” Kesenengan sama om-om berduit haha”
Saya:” Ooo side Job Pah, hehe”
Suasana saya dan suami mulai mencair.