Posts

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 49 )

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 49 ) Aku tidak kaget mendengar bisikan anak tiriku yang paling kusukai itu. Anak titi yang senantiasa menghadiahkan kepuasan sejati padaku. Beruntung tadi subuh Hen tidak menggauliku, sehingga hari ini aku berada dalam kondisi yang benar-benar fits untuk menghadapi terjangan Sam. Kalau bukan Sam yang memancingku untuk melakukan persetubuhan, pasti aku akan menolaknya. Karena pikiranku sedang galau, memikirkan “tembakan” Frederick yang membingungkanku itu. Tapi yang memancingku ini adalah Sam. Sam yang selalu memberiku kepuasan sejati dalam urusan hasrat birahi. Maka kuajak Sam masuk ke pavilyun, takut kalau anak-anakku pada pulang pada saat aku sedang membutuhkan kebebasan dan keleluasaan nanti. Saat itu Sam hanya mengenakan celana training impor. Terbuat dari bahan wool sintetis berwarna hijau army.  Aku yakin yang dikenakan itu bukan celana training buatan lokal, yang sering bagian selangkangannya cepat jebol (jahitannya lepas dan amburadul).  Baju kau

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 48 )

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 48 )  Malam itu kukenakan gaun andalan yang kebetulan tersimpan di dalam tas pakaianku. Gaun sutera berwarna hijau tosca mengkilap yang ada belahan di sebelah kirinya, yang memamerkan putih mulusnya paha kiriku.  Sepatu high heels yang kukenakan pun berwarna hijau tosca yang mengkilap. Tak lupa kusemprotkan parfum di setiap titik penting pada tubuhku. “Gak salah kalau bossku jatuh hati pada Tante. Soalnya Tante bukan cuma cantik tapi juga anggun dan seksi, “ ucap Mahendra sambil memperhatikanku dengan sorot kagum. “Tapi tante ini wanita bersuami Hen. Kalau bossmu serius, tante bisa bingung sendiri nanti, “ sahutku. “Gak usah bingung-bingung Tante. Nanti Tante kan bisa memutuskan mana yang terbaik bagi kita semua. “ Kemudian Mahendra mengemudikan mobilku lagi, menuju restoran yang katanya terbaik di kota ini. Setibanya di restoran itu, Mahendra mengajakku naik ke lantai dua. Di situlah Frederick menunggu di belakang meja yang sudah dipesannya. Frederick b

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 47 )

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 47 ) Setibanya di puncak bukit itu, pemandangan di sekelilingku terasa lebih indah lagi. Bukit-bukit menghijau dan rumpun-rumpun bambu tampak jelas di pelupuk mataku.  Dan yang paling menyenangkan, ada dangau (gubuk) yang terbuat dari besi. Atap dan dindingnya terbuat dari seng yang sudah dicat warna biru dikombinasikan dengan warna hijau. Dindingnya hanya 75 centimeter. Tidak menutupi pemandangan di sekitarnya, meski aku sudah duduk di dalam dangau itu. Satu-satunya “perabot” yang ada di dalam gubuk itu hanya sebuah dipan kayu jati. Membuatku langsung berimajinasi, bahwa Mahendra pasti akan menyetubuhiku di atas dipan kayu jati yang sudah dipelitur sampai mengkilap itu. “Tante, “ kata Mahendra setelah duduk berdampingan denganku di atas dipan jati itu, “Setiap kali duduk di sini, aku selalu membayangkan, seandainya Tante bisa kumiliki, akan kubawa ke puncak bukit ini. Dan ternyata khayalan itu menjadi kenyataan. “ “Tapi kalau mau main di sini sih jangan

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 46 )

  Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 46 ) Setelah mandi, tubuhku terasa segar lagi…….. Mengingat hari masih sore, aku mengajak Hen ke mal yang tidak begitu jauh dari hotel. Di mal itu sengaja kubeli celana sport, celana pendek putih dengan lingkaran elastis di bagian pinggangnya. Sekaligus juga membeli baju kaus putih dan sepatu olahraga yang juga putih. Sementara Hen kubelikan celana jeans dan baju kaus berwarna hitam, sesuai dengan pilihannya sendiri. Kemudian kami makan di food court mal itu. Hari sudah mulai malam ketika kami kembali ke hotel. Setibanya di hotel, kucoba celana sport dan baju kaus serta sepatu yang serba putih ini. Lalu bertolak pinggang di depan Mahendra. “Bagaimana ? Pantas kalau tante mengenakan pakaian olah raga seperti ini ?” tanyaku. “Duh… Tante kelihatan seksi sekali, “ sahut Hen. “Masa sih ?! “ “Betul Tante. Terutama celana pendeknya itu… memamerkan paha Tante yang putih mulus gitu… “ “Semua ini sengaja tante beli buat jalan-jalan ke hutan besok. “ “Sip Tante.

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 45 )

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 45 ) Aku sudah sangat horny. Bahkan sudah lupa diri. Maka kukepit sepasang pipi Hen dengan kedua telapak tanganku, sambil bertanya frontal, “Kontolmu udah ngaceng Hen ?” Hen menjauhkan mulutnya dari memekku. “Dari tadi juga udah tegang Tante. “ “Coba berdiri dulu, “ Hen menurut saja. Berdiri canggung di depanku. Aku pun menarik ritsleting celana jeansnya, Lalu menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dan kusembulkan batang kemaluannya yang ternyata sudah sangat ngaceng itu. Maaak… ternyata kontol Hen gede dan panjang banget. Sama panjangnya dengan kontol Sam… ! “Lepasin aja celananya… lalu masukin kontolmu ke sini, “ perintahku yang dijawab spontan dengan anggukan Hen. Hen melepaskan celana jeans sekaligus celana dalamnya, sehingga batang kemaluannya seolah menunjuk ke arah mukaku. Sebenarnya aku ingin menjilati dan mengoralnya. Tapi takut keburu ngecrot sebelum memekku sempat merasakan entotannya. Maka kutarik pahaku dengan kedua tanganku, sampa

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 44 )

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 44 )  Biasanya setiap cewek yang baru kuperawani, suka kusuruh istirahat dulu sampai luka di kemaluannya sembuh.  Tapi Aleksandra tampak tangguh sekali fisiknya. Karena itu aku menyetubuhi dan menyetubuhinya lagi. Dua kali lagi di villaku. Setelah kugauli tiga kali, barulah Aleksandra tampak letih. Kemudian kami mandi bareng. Saling menyabuni dan saling membersihkan air sabun, terutama di bagian punggung. Pada saat itulah aku bertanya, “Kata orang-orang, cewek bule itu kasar-kasar kulitnya. Tapi kulitmu halus begini. Apakah ada treatment khusus untuk menghaluskan kulitmu ?” Aleksandra menjawab, “Aku kan tinggal di daerah yang banyak orang Asianya. Mungkin saja nenek moyangku pernah berasimilasi dengan orang Turki dan Tatar. Entahlah. Yang jelas almarhum ibuku juga kulitnya halus begini. “ “Wajahmu cantik, kulitmu putih dan halus, bentuk tubuhmu indah… aku bangga memilikimu, Sayang, “ ucapku sambil mendekap pinggang Aleksandra, lalu menciumi pipinya. Dala

Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 43 )

  Rumah Kami Surga Kami ( Chapter 43 ) Aku hanya menciumi kemaluan tanpa jembut itu dengan sepenuh gairahku. Kemudian aku berdiri dan mengangkat tubuh telanjang Aleksandra.  Lalu membawanya ke atas tempat tidur, meletakkannya dengan hati-hati di atas kasur bertilamkan kain seprai sutra berwarna pink, yang sudah ditaburi serpihan-serpihan mawar merah bercampur bunga melati. Sehingga harumnya semerbak di sekujur kamar ini. Memang semuanya itu sudah kuatur sejak kemaren, menyuruh pengurus villaku untuk menata villaku seromantis mungkin. Di zaman sekarang orang kampung pun bisa memantau informasi lewat televisi atau media internet di hapenya masing-masing. Pengurus villaku juga sudah tahu apa yang harus dilakukannya ketika kuminta agar menata kamar yang paling depan itu seromantis mungkin. Setelah menelentangkan tubuh Aleksandra di atas tempat tidur bertaburkan bunga-bungaan harum mewangi itu, aku pun tak mau menang sendiri. Kulepaskan pakaianku sehelai demi sehelai. Tinggal celana dalam s