Posts

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )  ( Bab Ke 12 ) Di sekolah, Mama tampil normal seperti biasa. Ia mengobrol dengan para guru, memarahi siswa-siswa yang tertangkap bolos sekolah, dan meminta tolong aku untuk membawakan berkas-berkasnya. Seolah-olah kemarin tidak terjadi apa-apa. Aku dan Mama sepakat untuk tidak menceritakan kejadian kemarin ke Papa. Biarlah cuma orang-orang pasar yang tahu. Sepulang sekolah, aku bilang ke Mama untuk pulang duluan karena mau nongkrong sampai sore. Indra mengantarku sampai ke rumah, lalu aku naik sepeda motorku sendiri ke rumah Bagas. Aku ingin minta pendapatnya soal kejadian kemarin. Sampai di rumah Bagas, aku tidak menemukan siapa-siapa. Aku mengetuk pintunya beberapa kali dan menunggu, tapi tetap tidak ada yang datang. Aku mengelilingi halaman rumahnya. Di bagian belakang rumahnya terdapat pagar tembok yang rusak. Pagar itu sepertinya sudah ada di situ jauh lebih dulu daripada rumah Bagas. Pagar tembok itu terbentang cukup panjang di pinggir jalan dan uj...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
   ( Foto Hanya Pemanis Saja )  ( Bab Ke 11 )  Meski AC mobil menyala, tubuh Mama berkeringat. Aku mengelap kening dan lehernya dengan tisu. "Ma-mama takut sekali," kata Mama. "Mama udah aman sekarang," kataku. Aku menepuk pundak Mama supaya dia lebih tenang. "Mama mau langsung pulang atau kita mampir beli makan dulu?" "Langsung pulang aja. Mama gak nafsu makan," jawab Mama. "Ini masih jauh, mendingan Mama tidur bentar. Nanti aku bangunin kalau udah mau sampai," kataku. Mama memejamkan mata. Napasnya mulai teratur dan keringatnya perlahan-lahan berhenti. Kepalanya tersandar di kaca jendela mobil. Kamera smartphone kunyalakan lagi. Kuarahkan ke wajah Mama, lalu turun ke kakinya. Begitu berulang-ulang sampai aku mendapat lima video Mama. Cukup sulit juga karena aku cuma bisa pakai tangan kiriku untuk merekam Mama, sementara tangan kananku memegang kemudi. Sulit untuk fokus melihat jalan karena aku sesekali menoleh ke Mama. Tetek dan memek...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
  ( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 10 ) Pintu yang kami lewati mengarah ke tanah lapang tempat para pedagang memarkir gerobak-gerobak. Agak jauh di sebelah kiri kami ada banyak tumpukan gerobak yang sudah tidak terpakai. Kutarik lengan Mama untuk mengikutiku berlari ke tumpukan gerobak itu. Aku khawatir orang-orang akan mengejar kami. Kami berjongkok di sebelah tumpukan gerobak. Aku mengintip melalui celah. Beberapa orang ternyata memang mengikuti kami.   "Cari ibu-ibu tadi," kata salah satu dari mereka. Mereka pun berpencar. "Amankah?" tanya Mama. "Mereka nyari kita," jawabku. Mama terisak. "Mama takut banget." "Udah, Mama tenang aja. Di sini banyak sampah gerobak. Mereka pasti susah nyari kita,"  Orang-orang itu tidak terlihat lagi. Namun, aku tebak mereka pasti sudah menduga kami bersembunyi di salah satu tumpukan gerobak. "Mama tunggu di sini ya, aku mau cari jalan keluar yang aman,"  Mama mencengkeram pundakku. ...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 9 ) "Gimana caranya?" tanya Mama. "Kita menyelinap sampai ke parkiran," kataku.  "Gak mau ah. Masa Mama keluar gak pakai celana begini? Oh, kamu pergi belikan Mama celana aja di tempat tadi. Nih, pakai uang Mama." Mama menepuk keningnya. "Aduh, uang Mama ada di rok. Kamu gak ada uang?" Kuambil dompetku, lalu kuperlihatkan isinya ke Mama. "Cuma ada Rp10.000 doang. Gak cukup buat beli celana." "Oke kita menyelinap keluar. Tapi kamu jalan paling depan buat lihat-lihat keadaan," kata Mama. "Kamu tahu jalan keluarnya?" "Kayaknya sih tahu Ma," jawabku. Meski cuma beberapa kali ke pasar, aku tahu lorong-lorong menuju parkiran.  "Yuk sebelum Mama telat." Mama keluar dari bilik toiletnya. Ia cuma mengenakan jilbab dan kemeja. Memeknya masih basah karena habis dicebok.  "Mama harus jalan cepat ya," kataku.  Aku jalan di depan, sementara Mama memegang bajuku ...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 8 ) Mobil bergerak keluar dari lapangan parkir sekolah. Sesuai kebiasaan, Mama menurunkan kaca untuk mengucapkan terima kasih ke Pak Paijo. Begitu ban menyentuh aspal jalan besar, Mama langsung tancap gas. Mobil melesat meninggalkan sekolah. Bagian dalam mobil terasa sejuk. Rupanya Mama sudah memperbaiki AC mobil. Aku agak kecewa karena sebenarnya aku mau meminta Mama membuka kancing seragamnya lagi kalau dia kepanasan. Perjalanan ke pasar cukup jauh dan Mama tidak bisa terus melaju karena beberapa kali harus berhenti karena ada bebek atau sapi menyeberang jalan. Sebagian jalan belum diaspal sehingga mobil terguncang-guncang karena menginjak bebatuan.  Setelah melewati banyak hambatan, akhirnya kami sampai di pasar. Tempat itu satu-satunya tempat teramai di desaku. Semua orang, baik dari desa lain maupun kota, datang ke sana untuk berbelanja karena barang-barangnya lebih lengkap dan harganya murah.  Seorang tukang parkir memban...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 7 )  Hari ini Bu Susi, guru Geografi, tidak mengajar karena sakit flu. Jadi pelajaran di jam terakhir kosong. Teman-temanku menghabiskan waktu dengan mengobrol dan tidur di meja. Aku memilih mampir ke kantor Mama. Dia pasti tidak keberatan.   Pintu kantor Mama tidak terkunci. Aku masuk ke ruangannya. Ya ampun, ruangannya terasa pengap! Jendela di belakang Mama terbuka. Lampu ruangan dimatikan. Mama sedang menulis dengan dibantu sinar matahari yang masuk lewat jendela. "Ma, kok panas bener di sini?" tanyaku. "AC-nya rusak," jawab Mama. "Kemarin AC mobil rusak, sekarang AC kantor yang rusak. Kenapa harus rusak pas musim panas gini sih?" "Sudah panggil tukang servis AC?" "Mama mau panggil besok aja. Lagian ini sudah mau jam pulang. Mama gak mau nungguin sampai sore," kata Mama. Ia menyibak jilbabnya sampai leher, lalu mengipasnya dengan gulungan koran. "Mama gak panas pakai seragam itu?" ta...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 6 )  Besoknya di kantin sekolah, Indra menyodorkan smartphone-nya sambil tersenyum. "Nih, aku punya video waktu Romlah ketahuan warga. Durasinya panjang juga." Aku tertawa dalam hati. Dia belum tahu kalau aku sudah mencicipi tetek Romlah kemarin. Sebelum menyetel videonya, dia mengecilkan volume-nya dulu biar suaranya tidak terdengar yang lain. Layar smartphone-nya menampilkan sekumpulan bapak-bapak yang berkerumun di depan pos kamling. Jumlahnya mungkin sekitar delapan atau sepuluh orang. Suasananya masih siang hari. “Hayo, kamu lagi ngapain!” bentak seorang pria yang mengenakan sarung. Tangannya menunjuk ke seorang wanita yang berdiri ketakutan. Wanita itu memakai jilbab dan kaos yang bagian bawahnya tergulung sampai kedua teteknya keluar. Wajah wanita itu ketakutan. Dia adalah Bu Romlah. “Sama siapa kamu ke sini?” tanya yang lain. Bu Romlah diam saja. Kedua tangannya bergetar. “Telanjangin aja!” seru salah satu mereka. Yang lainn...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 5 )  Sebelum sampai rumah, aku mampir ke warung makan karena perutku keroncongan. Matahari sudah condong ke barat. Rumah Bagas ternyata lebih jauh dari perkiraanku, tapi aku sama sekali tidak menyesal. Malah aku mendapat pengalaman dan ide yang sangat berharga. Ketika aku sudah dekat rumah, kulihat banyak anak kecil bergerombol di depan pagar. Mereka tampaknya sedang mengamati sesuatu.  Aku penasaran apa yang sedang mereka lihat. Di halaman depan cuma ada Mama yang sedang mengurus tanaman-tanaman hias. Bahkan ketika aku berhenti di depan rumah pun, anak-anak itu tetap mengamati halaman rumahku. Mama menyalakan keran air, lalu menyiram tanaman. Ia memakai daster yang lebih pendek dan ketat dari biasanya.  Tidak ada yang aneh dengan Mama. Namun, begitu Mama jongkok untuk mencabuti rumput, aku baru mengerti kenapa anak-anak itu pada asik memperhatikan Mama.  Daster Mama yang ketat menyulitkannya berjongkok. Jadi Mama men...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )  ( Bab Ke 4 )  Kami duduk di bawah pohon mangga berdaun rimbun di dekat rumah Bagas. Seekor kerbau sedang melamun di tengah sawah yang belum ditanami. "Aku sering mengajak ibuku jalan-jalan di sini," kata Bagas. "Sambil telanjang. Tentu saja." "Gimana caranya ibumu patuh sama kamu?" tanyaku. "Eits itu nanti dulu," kata Bagas. "Ceritakan dulu soal ibumu, baru aku cerita soal ibuku." "Awalnya aku gak pernah nafsu sama ibuku, tapi beberapa hari ini rasanya beda," kataku.  "Ini semua sejak aku mendengar gosip soal ibumu." Bagas tersenyum. "Mungkin kamu baru mendapat ide dari gosip itu." "Mungkin. Pokoknya setelah itu aku jadi tertarik melihat tubuh ibuku." "Lalu kamu sudah ngapain saja sama ibumu?" tanya Bagas. "Kemarin aku pelorotin sempaknya waktu dia tidur siang. Wah, tegang sekali!" "Oh baru ngintip pantatnya diam-diam." Bagas mengangguk-an...