Posts

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )     ( Bab Ke 17 )  Sekitar satu jam kemudian, pintu UKS terbuka. Bu Ramadhan keluar bersama Mama. Rok Mama sudah dipasang di tempat yang benar. Mereka masih membicarakan soal peralatan UKS. "Loh anaknya kok nunggu di sini? Gak ikut belajar?" tanya Bu Ramadhan saat melihatku. "Dia lagi gak enak badan, jadi saya suruh istirahat dulu," jawab Mama. "UKS bisa dipakai kalau mau rebahan di dalam," ujar Bu Ramadhan. Ia menempelkan tangannya ke keningku. "Gak panas kok. Kamu udah merasa enakan?" "Alhamdulilah udah Bu," jawabku. "Tadi agak demam dikit, jadi aku minta izin buat istirahat. Kebetulan ketemu Mama, jadi kami barengan ke sini." "Semoga cepat sembuh. Saya mau ke kantor dulu," ujar Bu Ramadhan. Ia pergi meninggalkan aku dan Mama. Mama bersandar ke dinding. "Astagfirulloh. Badan Mama lemes banget." Kutampar pipi Mama. "Mama itu gimana sih? Udah aku bilang memeknya jangan ditut...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 16 )   Dibandingkan sekolah-sekolah lain di desa, sekolahku cukup luas dan fasilitasnya oke. Bangunannya memang belum bertingkat seperti sekolah di kota, tapi bangunannya kokoh dan bersih. Paijo selalu mencabuti rumput-rumput liar di halaman sekolah, mengecat dinding yang mulai kusam, dan memperbaiki dinding atau atap yang rusak.  Gedung guru dibangun terpisah dengan gedung sekolah. Ruangan di gedung guru cuma ada 4: ruangan kepala sekolah, ruangan semua guru, gudang penyimpanan alat-alat mengajar, dan toilet. Sedangkan gedung sekolah cuma berisi 3 kelas: X, XI, dan XII. Kelas terdekat dengan gedung guru adalah X dan ruangan paling ujung adalah XII. Di depan gedung sekolah terdapat lapangan upacara yang juga dipakai untuk senam di setiap hari Jumat. Agak jauh di belakang sekolah ada gedung kecil yang digunakan sebagai kantin. Melangkah lebih jauh lagi, ada satu lapangan yang basket yang juga bisa digunakan sebagai lapangan vol...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 15 ) Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Mama tidak berani lebih cepat lagi karena tangan kirinya bergantian memegang tongkat persneling dan kontolku.  Aku tersenyum-senyum kecil melihat Mama yang kadang keliru mau mengganti persneling, tapi malah memegang kontolku. Kadang juga ia mau mengocok kontolku, tapi malah mengocok tongkat persneling. "Kok lama banget ini keluarnya?" komentar Mama.  "Aku butuh rangsangan," kataku. Kuraih bagian bawah rok panjang Mama, lalu kutarik sampai ke atas. Badan Mama bergerak-gerak pelan saat tanganku mengelus pahanya. "Aduh, jangan bikin Mama geli," keluhnya sambil berkonsentrasi melihat jalan. Tanganku bergerak menelusuri selangkangannya. Kusentuh sempak Mama. Rupanya ia memakai sempak yang kami beli di pasar. “Gimana bahannya? Nyaman ‘kan?” kataku sambil menyelipkan jari ke pinggiran sempaknya. Mama menggerak-gerakan pantatnya saat jariku menyentuh bibir memeknya. “Jangan bikin Ma...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 14 ) Aroma telur ceplok sayup-sayup tercium di udara. Mama memang selalu bangun pagi untuk bikin sarapan, sedangkan Papa selalu bangun siangan karena jam masuk kantornya sekitar jam sembilan (9) Tidak lama kemudian, pintu kamarku diketuk.  "Nak, bangun. Mama sudah bikinin sarapan," ujar Mama dari balik pintu. "Oke Ma," jawabku dengan suara kubuat seserak mungkin. Dia bakal ngomel kalau tahu aku begadang semalaman. Meski lapar, aku tidak nafsu makan karena terlalu tegang. Nasi goreng buatan Mama enaknya bukan main, tapi aku cuma mengambil sedikit dan makan sesendok-sesendok. "Kamu sakit?" tanya Mama dengan nada khawatir. "Nggak Ma. Cuma lagi gak laper aja," jawabku. "Kalau gak enak badan, mendingan istirahat di rumah aja. Biar Mama kasih tahu Bu Endang, wali kelas kamu." "Gak perlu, Ma. Beneran deh," kataku bersungguh-sungguh.  "Oke deh," kata Mama. "Kamu harus bersyukur Ma...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )   ( Bab Ke 13 ) Tidak terasa hari sudah sore saat aku sampai di rumah. Ada dua mobil terparkir di depan rumah. Papa dan Mama sudah pulang. Kuparkir sepeda motor di sebelah mobil, lalu aku masuk ke rumah. Papa sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menonton Youtube di Smartphone. Kacamatanya melorot saat melihatku lewat di depannya. "Sore bener pulangnya," kata Papa. "Udah makan? Mama tadi beli nasi padang buat kamu. Dia khawatir kamu belum makan." Perutku berbunyi. Aku belum makan apa-apa dari siang.  "Aku belum makan, Pa. Tadi nongkrong asik bener," kataku.  "Ya sudah, makan dulu sana. Cuci tangan dan kaki dulu." Papa lanjut menonton Youtube. Sebelum era smartphone, ia rutin menonton acara berita di televisi atau membaca koran.  Sekarang ia mendapat asupan berita dari Twitter, Facebook, dan Youtube. Bedanya dengan Mama, Papa membenci TikTok karena ia tidak mengerti candaan orang-orang di TikTok.  Selesai mencuci tanga...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
( Foto Hanya Pemanis Saja )  ( Bab Ke 12 ) Di sekolah, Mama tampil normal seperti biasa. Ia mengobrol dengan para guru, memarahi siswa-siswa yang tertangkap bolos sekolah, dan meminta tolong aku untuk membawakan berkas-berkasnya. Seolah-olah kemarin tidak terjadi apa-apa. Aku dan Mama sepakat untuk tidak menceritakan kejadian kemarin ke Papa. Biarlah cuma orang-orang pasar yang tahu. Sepulang sekolah, aku bilang ke Mama untuk pulang duluan karena mau nongkrong sampai sore. Indra mengantarku sampai ke rumah, lalu aku naik sepeda motorku sendiri ke rumah Bagas. Aku ingin minta pendapatnya soal kejadian kemarin. Sampai di rumah Bagas, aku tidak menemukan siapa-siapa. Aku mengetuk pintunya beberapa kali dan menunggu, tapi tetap tidak ada yang datang. Aku mengelilingi halaman rumahnya. Di bagian belakang rumahnya terdapat pagar tembok yang rusak. Pagar itu sepertinya sudah ada di situ jauh lebih dulu daripada rumah Bagas. Pagar tembok itu terbentang cukup panjang di pinggir jalan dan uj...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
   ( Foto Hanya Pemanis Saja )  ( Bab Ke 11 )  Meski AC mobil menyala, tubuh Mama berkeringat. Aku mengelap kening dan lehernya dengan tisu. "Ma-mama takut sekali," kata Mama. "Mama udah aman sekarang," kataku. Aku menepuk pundak Mama supaya dia lebih tenang. "Mama mau langsung pulang atau kita mampir beli makan dulu?" "Langsung pulang aja. Mama gak nafsu makan," jawab Mama. "Ini masih jauh, mendingan Mama tidur bentar. Nanti aku bangunin kalau udah mau sampai," kataku. Mama memejamkan mata. Napasnya mulai teratur dan keringatnya perlahan-lahan berhenti. Kepalanya tersandar di kaca jendela mobil. Kamera smartphone kunyalakan lagi. Kuarahkan ke wajah Mama, lalu turun ke kakinya. Begitu berulang-ulang sampai aku mendapat lima video Mama. Cukup sulit juga karena aku cuma bisa pakai tangan kiriku untuk merekam Mama, sementara tangan kananku memegang kemudi. Sulit untuk fokus melihat jalan karena aku sesekali menoleh ke Mama. Tetek dan memek...

Mama Kepala Sekolah Yang Binal

Image
  ( Foto Hanya Pemanis Saja )    ( Bab Ke 10 ) Pintu yang kami lewati mengarah ke tanah lapang tempat para pedagang memarkir gerobak-gerobak. Agak jauh di sebelah kiri kami ada banyak tumpukan gerobak yang sudah tidak terpakai. Kutarik lengan Mama untuk mengikutiku berlari ke tumpukan gerobak itu. Aku khawatir orang-orang akan mengejar kami. Kami berjongkok di sebelah tumpukan gerobak. Aku mengintip melalui celah. Beberapa orang ternyata memang mengikuti kami.   "Cari ibu-ibu tadi," kata salah satu dari mereka. Mereka pun berpencar. "Amankah?" tanya Mama. "Mereka nyari kita," jawabku. Mama terisak. "Mama takut banget." "Udah, Mama tenang aja. Di sini banyak sampah gerobak. Mereka pasti susah nyari kita,"  Orang-orang itu tidak terlihat lagi. Namun, aku tebak mereka pasti sudah menduga kami bersembunyi di salah satu tumpukan gerobak. "Mama tunggu di sini ya, aku mau cari jalan keluar yang aman,"  Mama mencengkeram pundakku. ...